Wednesday, May 07, 2008

RIP Pak Harto

REST IN PEACE
(Pak Harto, 27 Januari 2008)

Tanpa bermaksud sok nasionalis, sok tau atau idealis (secara gue ga pernah tertarik dengan politik2 di negara ini atau negara manapun), ada fenomena menarik yang bertentangan setengah mati. Gimana enggak… hari pertama gue cuti melahirkan, di smua channel TV, smuanya bahas tentang ini. 

WE HATE YOU !! 
Ga terhitung brapa orang yang menghujat Pak Harto. Mantan presiden ke-2 RI itu, yang berkuasa slama 32 taun, yang dari semenjak gue kecil blajar PSPB, nama beliau selalu dikumandangkan sbagai pahlawan yang menyelamatkan negara ini…. 32 taun, yang akhirnya harus “lengser” dengan cara tidak hormat, akibat demo yang menelan korban 5 orang mahasiswa Trisakti. 
32 taun penuh kekuasaan, berakhir dengan pidato nya yang kurang lebih mengatakan “Saya memutuskan untuk mengundurkan diri, meletakkan jabatan sbagai Presiden RI”, dan disambut gegap gempita oleh segenap rakyat, terutama mahasiswa.. dengan harapan Presiden baru akan membuat keadaan negeri ini lebih baik. (Apakah terjadi? Entah….) 
Banyak banget orang yang benci sama Pak Harto, terutama orang2 yang ngerti betapa besar KKN yang dilakukannya. Betapa berkuasanya anak2nya, betapa banyak hartanya akibat “makan” uang rakyat, blom lagi gosip2 kluarganya yang “pecah” akibat rebutan harta & kekuasaan, Ibu Tien yang katanya meninggal akibat anak2nya yang brantem, macem2. 

Sukmawati Soekarno Putri, salah seorang anak Presiden 1 RI, Soekarno, ikut diinterview. Dia jelas2 bilang, atas nama pribadi, dia sangat membenci Pak Harto, dari dulu, even sampe akhir hayatnya. Dia bilang, Pak Harto merebut kekuasaan dari Soekarno dengan cara2 tidak adil. 

Lalu ketika Soekarno meninggal, dan sesuai permintaan dengan wasiat almarhum & permintaan para istri, ingin dimakamkan di Jawa Barat (dan bukannya di Blitar sperti yang terjadi), Pak Haro tetep memakamkan di Blitar. Pak Harto juga bertindak seolah2 Soekarno yang bersalah atas peristiwa G 30 S/PKI, dan dia sendirilah pahlawannya. 
Blom lagi kasus Supersemar yang katanya palsu (entah tersimpan dimana surat itu skarang..), dan katanya Soekarno dipaksa menandatangani surat itu. “Masih sakit hati dan tidak akan memaafkan sampai kapanpun,” begitu kata Sukmawati. Bisa dimengerti? Rasanya iya. Anak siapa yang ga sebel klo bapaknya difitnah. Ayah yang begitu dibanggakan, seorang pahlawan, harus dikenal sebaliknya oleh seluruh rakyat, akibat fitnah. Gue klo jadi si Sukmawati itu, mungkin juga bakal sebel banget sama orang yang melakukan itu ke bokap gue. 

WE LOVE YOU, Pak… 
“Ganteng banget ya Bu, waktu masih muda….” 
“Dulu waktu jamannya dia, petani ga pernah kekurangan, karena dia juga dulu anak petani yang kerjanya membajak sawah. Harga pupuk cuma 25 ribu sekarung, petani semua seneng sama dia. Sekarang petani kekurangan, harga pupuk 100 ribu sekarung…” Begitu kata pembantu gue, yang nemenin gue nonton TV sharian. Polos, tapi itu curahan hatinya. 
Blom lagi gue liat (rasanya siy) dia agak berkaca2 waktu nonton acara pemakaman Pak Harto. 
 Begitu juga sbagian rakyat yang ikut melayat ke Cendana. 
“Dia Bapak saya…” 
“Mau mendoakan Bapak, biarpun sampai harus nginep2…” 
Rela sampai harus nginep, hanya untuk mendoakan Pak Harto. 
“Ya korupsi ga papa Bu, wong negara aman….” 
“Emang skarang ga pada korupsi.. lebih parah keadaannya.. udah korupsi, kerusuhan dimana2.” 
“Indonesia waktu itu malah lebih stabil dan lebih aman dari skarang…” 

Bagi sbagian rakyat kecil, yang tidak ngerti apa2, Pak Harto masih tetap pahlawan. Sosok kebapakan yang bermata ramah, slalu tersenyum, dan bertutur kata lembut. Ternyata di sekian ribu penghujatnya, masih ada orang2 yang begitu mencintainya. 

Sperti yang sudah2…. There’s always two sides of coin
Ada yang benci, ada yang suka. Ada yang murka, ada juga yang menangis ketika ditinggalkan. Tanpa bermaksud memihak siapapun, karna gue juga ga ngerti... Anyway.. di samping kesalahan besar nya, ada juga perbuatan baik yang dilakukannya. Di samping kesalahannya sehingga krisis besar2an di tahun 1997, beliau juga sukses menerapkan swasembada beras dan menggalakkan KB di Indonesia. 

Di luar korupsi besar2an, kolusi dan nepotisme nya, beliau hanyalah seorang bapak yang begitu ingin melindungi anak2 dan keluarganya. Walopun ga kenal sama Mbak Tutut, Mas Bambang dan Mas Tomy, rasanya sedih melihat mereka menangisi kepergian ayah mereka. Mereka toh orang biasa juga, yang sayang sama ayahnya. 
Dan sekarang, Jenderal besar itu sudah pergi. Membawa seribu misteri yang masih blom terpecahkan. Membungkus sidang pengadilan yang blom jelas hasilnya. Membawa pergi kebencian skaligus cinta dari masyarakat negeri ini. 

“Udah meninggal ya udah toh ya, udah dapet hukuman dari Allah. Klo ga dimaafin ya kita yang dosa,” begitu kata pembantu gue, yang sempet bikin gue bengong. 

Pikiran sederhana, tapi rasanya bener. Yang menghujat, bisa dimengerti. Yang memuja, juga bisa dipahami. Terlepas dari smua kesalahannya, rasanya lebih bijak klo bangsa ini melepas nya dengan iklas. Sebab semua udah ada jalannya. 
Jenderal besar itu sudah pergi. Biarkan dia tenang di sisi belahan jiwanya. Di pangkuan Tuhan nya.
Rest in peace.

No comments: