Wednesday, September 12, 2012

Test Pack (You're My Baby)


Kemarin akhirnya gue nonton Test Pack. Film yang udah gue nanti2kan sejak bertahun2 lalu. Suka banget sama novelnya sejak cetakan awal (klo ga salah, covernya warna biru tua). Sialnya, gue dah cari ke seluruh penjuru rumah gue & rumah nyokap, ga nemu tuh novel, hiksss… (ada beberapa tersangka yang gue duga minjem buku itu, tapi ah sudahlah:p)

Sejak nonton Perahu Kertas (PK), gue belajar misahin novel dan film, its different anyway. Pada saat kita baca novel, semua tergantung pada imaginasi & persepsi kita. So this time, I told myself, don’t expect too much. Tapi tetap aja susah yah J

In my imagination, Tata is much stronger, secara dia pengacara. Tegas, saklek, dominan. Di film, she’s working in the advertising agency, which is dunia kreatif, dihuni oleh orang2 otak kanan. Udah pasti emosinya yang lebih main, cocok dengan film ini. Di film, Tata lebih manja, kolokan, imut2. Sementara Tata di buku, lebih tough, atau itu hanya bayangan gue aja?:p

Akang (di buku jadi Kakang), plays his role well. Secara abis liat Reza Rahadian di PK (as Remi, the smart, energetic, high drive and passionate person), jadi jetlag liat Reza di TP, beda banget asli! Di TP, Reza as Akang yang super sabar, phlegmatic (does he?), tapi seperti itu juga lah Rahmat di buku.

Test Pack di buku itu… bikin sampe merinding, nangis, tersedu2, mengharu biru… Reading this book, makes me re-think about marriage, and wondering thousand times how my marriage would be IF I have the same problem with Tata & Kakang, since I love kids and I really want to have them in my life.

Test Pack di film, yes, bikin terharu, tapiiiii… I didn’t get the same feeling dengan baca bukunya. Apa karena imaginasi gue berlebihan ya? Atau karena sekarang gue dah married dan punya anak, jadi dengan sendirinya, emosi gue terhadap cerita itu juga dah berbeda, ya?
Di buku, Tata ga diceritain akan kerja di luar negeri. Dia mondok di rumah orang tua nya. Kakang sempat datang, meminta dia pulang, tapi Tata ga mau. CMIIW ya…

One thing for sure, angkat jempol buat Reza & Acha, kalian keren! Kayanya kalian harus jadian, dehJ Asli kaya beneran suami-istri gitu…  Gaya becandanya, mesra2nya, bikin siriiikkk hehehe…
Hanya ada sedikit galau gue (ceileh...) sosok Akang disitu.. Sebagai Psikolog, kok agak2 gimana gitu ya, huehehehe... Antara pose foto "gila" Akang & Shinta waktu dulu mereka kuliah, tidak tergambar di sosok Akang yang setelah nikah. 

Renata as Shinta, kece banget… Cocok banget dia meranin Shinta yang terlihat cool&angkuh sosoknya (karena tuntutan profesi), padahal rapuh di dalam. Dia cantik sekali yaaaa, dan baju2nya bagus banget… *mupeng. Wardrobe siapakah itu? Nanti cari tau ah:p

Uli Herdinansyah has an important role. Karakternya asik. Bisa berperan sebagai manager skaligus best friend, even guardian angel nya Shinta. Gue suka adegan waktu Uli bantuin Shinta ngerapihin apartmentnya. Keliatan banget klo mereka personally & emotionally deket. BTW amsiong itu artinya “sial” atau “ga jodoh”, hehe…

Oon alias Dokter Peni S, bikin gemes alias kesel. Pertama, ga teliti banget sihhhh sampe2 lupa belum meriksa Akang. Kalau itu dilakukan di awal, toh ga usah pake suntik2 Tata, atuh! Kedua, waktu Tata periksa pertama kalinya, mo marah deh liat Dokter manggil koas2nya untuk ikut meriksa Tata! Do you know how uncomfy to sit in that chair? Kursi kerajaan itu sangat ga asik buat didudukin! Dan pemeriksaan yang berhubungan dengan kehamilan & kandungan, itu sangat ga nyaman! Jadi kenapa Akang ga boleh nemenin? Dan kenapa koas2 itu kudu dipanggil? Alex sampe komen, “Duh ga bakal aku ijinin kamu diliatin segitu banyak orang kalo diperiksa!”

Dwi Sasono alias Heru, plays his role well. Gue lupa pernah liat dia dimana, tapi setau gue orangnya self driven banget (sotoy.com). Perannya kemarin itu jadi sort of anak mami yang nurut sama emaknya, keliatan masih sayang sama Shinta tapi “terpaksa” menceraikannya karena tuntutan ibu nya, bikin gregetan. BTW nyokapnya Heru asli nyebelin yah tampangnya, hihihi:p

The Sutoyos! Hahaha, pasangan ini bikin film jadi berwarna yaJ Dan umum banget itu terjadi di pasangan yang super mature seperti mereka (udah tua, maksudnya:p). Cinta yang memudar, kebiasan2 buruk yang ga berubah, uneg2 yang tak terungkapkan, sampai lagi2 mereka lupa kenapa dulu saling jatuh cinta hingga akhirnya memutuskan bersama. Ini yang harus diingat2 sampe kita tiadaJ

Temennya Tata, itu siapa ya? She looks match the roleJ
Ade Fitri, walau sebentar tapi mencuri perhatian! Pas banget!
Tora Sudiro, sayaangggg cuma dikiiitttt keluarnya!
And love the song!!!!!

Eh gue kepikiran, how IF Tata yang ga bisa punya anak, ksian banget yah, ngebayangin ditanyain terus sama mertuanya T.T

Beberapa fakta berkaitan sama film ini :
·      Gue bilang ke suami gue, “Untung pacar kamu gada yang model, ya.” Yes, siapa yang ga insecure melihat mantan pacar suaminya se-kece Shinta? Gue aja yang cewek, bisa naksir:p *kidding. Menurut gue, “insecurity” itu perlu dijaga loh, karena itu bikin lo berusaha improve diri lo. Yah memperbaiki diri ga semata2 supaya pasangan lo ga ngelirik orang lain, tapi lebih karena lo pingin jadi orang yang lebih baik, demi pasangan loJ Kaya gue nih, pingin keliatan kece selalu, biar suami gue ngerasa bangga punya istri kece walopun dah 3x turun mesin, hahaha… (kalo pingin keliatan kece, jaga dong selera makan lo tuh... hahaha)

·   Gue pernah punya kista di indung telur, sebesar 3cm. Waktu itu gue masih kuliah. Dan melihat sejarah menstruasi & endometriosis gue, Dokter pernah bilang, “IF gue nanti susah punya anak, bisa jadi karena ini.” So waktu di awal gue pacaran sama Alex, how if we don’t have kids? And he said its ok. Married bukan karena pingin punya anak, tapi karena ingin ngabisin hidup bersama. Oh how sweet yaaaaJ Dan ternyata Tuhan Maha Baik, gue dikasih subur euy, sampe kudu di-stop hihhi:p

·    Pelajaran yang bisa diambil dari film ini, “apa alasan untuk kembali?” sebaiknya diganti dengan “apa alasan untuk berpisah?” sama seperti ketika lo mikir kenapa lo mau married sama pasangan lo. Dulu lo janji sehidup semati sama dia (either apapun bentuknya, entah itu jiab kabul atau di depan altar), you have more than 1001 reasons to be together.. why don’t you remember them before you decided to divorce? Mungkin karena, kadang 1001 alasan itu udah berkurang jumlahnya, seiring perjalanan lo sama dia. But still, remember when you said “I do”, how God make you ONE and no more TWO.

·    Nonton Test Pack, bikin gue super bersyukur, udah dikaruniai 3 anak yang super cute. Seberapa pun bandelnya mereka,  ga seberapa dibandingkan air mata Tata yang menetes whenever she saw the negative sign on the testpack, hiks… Pelajaran berharga banget buat gue. Dikasih karunia 3 orang anak sama Tuhan, hidup mati gue buat merekaJ

Satu hal yang gue sayangkan dari film Test Pack was the cliché ending. Tadinya gue berharap, akan sulit buat Tata balikkan ke Akang, in terms of dia ketemu The Sutoyos at the airport. Waktu Akang lagi bersedih di rumahnya, dan ada suara sepatu Tata, Alex dah bilang ke gue, “Jangan sampe Tata balik lagi dengan gampangnya…” dan ternyata beneran. Plus ditambah Heru yang juga tiba2 balik lagi sama Shinta, there must be hidden something behind it.

So overall, I love the movie. Great casting, beautiful wardrobe, wonderful house (asliiiii mupeng bangetttt liat rumahnya Akang & Tata! Rumah siapa sih itu, siapa arsiteknya????), suka sama dialog2nya, learn a lot from the story as a whole.

But again… Entah kenapa, tetap lebih suka buku nya. Hehehe.. klo soal makanan, I’m really easy to be pleased. Tapi klo soal buku & film, gue kok jadi riweh banget yah… Ah tapi siapa sih gue iniii, ga ngerti film! I’m enjoying the book more than the movie, is that wrong?

Tentang Kang Adhit & Teh Ninit .. Gue dah nge-fans sama Kang Adhit sejak baca Gege Mencari Cinta & nonton Jomblo di bioskop. Menurut gue, nih orang asli gila bangetJ Super kocak, buku2nya asik J Tapi gue belum baca Mencoba Sukses nih, Kang.. Yakin sama ancurnya dengan yang lain2J

Sedangkan Teh Ninit, ga usah diragukan lagi ini mah.. I love every words she wrote in her booksJ

I love this couple a lot! I love how they twitting each other, I love how they fallin love one another… I love their chemistry! And you know what, waktu habis nonton itu, gue liat Kang Adhit meluk Teh Ninit and he kissed herJ HihihiJ I’m watching you, guysJ *stalker:p
Too bad gue ga bawa novel2nya mereka buat di tandatanganin! Tapi ketemu mereka dan foto sama Teh Ninit, is something bangeetttt J



Thankyou Teh, buat kisahnya yang indah. Every couple should learn from this novelJ
Thankyou Kang, buat dialognya yang ciamik!
MasMonty , thankyou udah bikin film Indo yang superb!

So here it is some unforgettable quotes in Test Pack :
  • Apa adanya kamu, udah melengkapi saya --> sumprit ga bisa ga terharu, walopun udah berkali2 juga...
  • Aku di samping kamu tuh ga pernah sia2. Saya nikah sama kamu, bukan karena saya pingin punya anak. Tapi karena saya sayang sama kamu --> soooo sweeettt:)
  • Ketakutan suami ada macam2 : takut sama istri, ga bisa nafkahin keluarga, ga bisa didik anak2 dengan baik --> so true! Justru wondering kalau para suami ga punya ketakutan ini.... what's in their mind?
  • Kalau ternyata istri Mas mandul? | Saya gapapa | Tau gitu, saya ga mutusin Mas, ya --> Makanya Jeung, pikir2 dulu sebelum putusin! Apalagi kalau karena ada orang lain #noMention:p
  • Tidak subur, barbel melayang! Hahaha...


Thursday, September 06, 2012

Something about Keyla


Beberapa bulan terakhir ini, gue seriiinggg banget nerima laporan soal Keyla. Untung aja laporan bukan dari sekolah (fiuh). Tapi dari mertua alias opa-oma nya.

Keyla nakal, selalu menentang, ga mau nurut. 
Setiap dengar laporan atau liat sendiri, perasaan langsung jadi sedih luar biasa. Ditambah perasaan bersalah.
Daddy sama Mommy salah ya, Key… Maybe we’re not the best parents for you. Penuh emosi, kurang sabar. Kami juga memberikan 2 adik untukmu, dalam jangka waktu yang singkat. Sayang dan perhatian yang tadinya hanya untuk Keyla, tau2 terbagi tiga.
Pasti sangat berat buatmu ya, Key?

Kamu mungkin dewasa terlalu cepat ya, Key.
Di usia yang baru 4 tahun lebih sedikit, nakalmu udah seperti anak 6 tahun.
Di usia setahun, dimana anak2 lain baru bisa berceloteh yang hanya mereka sendiri yang ngerti, kamu udah bisa nyanyi, udah bisa bicara dengan jelas, tanpa cadel.
Di usia satu setengah tahun, kamu udah bisa cerita.
Anak Mami yang satu ini memang luar biasa cerdas.
Baru di playgroup, sudah ada 2 piala dan beberapa medali yang kamu raih di sekolah.
Betapa Mami sangat bangga sama Keyla.

Tapi di sisi lain….
Kenapa Keyla selalu melawan, dengan kata2 yang bahkan ga pernah terpikir bakal diucapin sama anak 4 tahun?
Kenapa Keyla selalu teriak2 kalau permintaan ga diturutin?
Kenapa Keyla suka bentak2 Mbak atau Mbak Sus, tanpa mereka melakukan kesalahan?
Kenapa Keyla kasar sama Michael? Suka omel2in Michael, hanya karena Michael ga sengaja senggol kaki atau tangan Keyla?

Rasio gue mengatakan, Keyla sedang mencari perhatian. Orang tua, suster, mbak, opa oma, tante dan om, semua perhatiin adik2 Keyla. Semua sayang Michael, yang so adorable. Semua suka Samantha, yang lucu dan terus tersenyum. Siapa yang perhatiin Keyla? Perhatian ke Keyla hanya formalitas.
Ah, apa ini sering terjadi di anak pertama, ya?
Gue bukan anak pertama, jadi ga tau gimana rasanya kalo perhatian yang seharusnya ditujukan ke kita, beralih ke orang lain. Ketika adik gue lahir, gue dah hampir 3 taun, dan gue ga inget merasa pernah dibeda2kan apa enggak.
Teorinya sih seperti itu, ya.

Berkali2 gue membekali diri dengan buku2 dan jurnal2, tetap gue kehabisan akal menghadapi anak gue yang satu ini. Berkali2 gue nahan sabar, berkali2 juga kesabaran itu selalu habis. Menerapkan teori A, B, C, bahkan sampe F (hasil bacaan), tetap ga efektif. Keyla ga berubah. Agresifitas luar biasa, energy tingkat tinggi, pembangkang, selalu melawan, dan kurang ajar.
Dan yang terjadi adalah, lagi2 gue omelin Keyla. Memang akhirnya dia nurut dan patuh, itupun setelah belasan kata2 yang (sumpah) ga pernah terpikir sama gue bakal dibilang sama dia. Berkali2 Keyla kena hukum. Kena bentak. Diomelin. Hasilnya? Tak ada perubahan.

Sampe gue kehabisan akal dan capek sendiri. Apa yang harus gue perbuat ya ke anak gue ini?

Dan lagi2, untuk keadaan yang gue ga tau harus bagaimana, Dia menunggu gue, di ujung doa.

Dalam setiap keadaan marah, dan tiap kali gue berdoa, Tuhan selalu bilang sama gue.
“Aku ga pernah jenuh menarikmu ke jalanKu. Aku ga pernah membiarkan kamu. Berapa banyakpun kesalahanmu, Aku takkan meninggalkanmu. Karena kamu adalah anakku. Aku ada di dalam kamu. Bahkan Aku memikul salibmu.”

Selalu, ga pernah enggak, kata2 ini menjernihkan pikiran gue.
Satu hal yang gue sadar, “menyerah” ga boleh ada di kamus gue. Ini adalah anak gue. 9 bulan dia ada di perut gue, berbagi napas dan darah dengan gue. Gue pasti bisa handle dia. Harus bisa. Gue yang melahirkan dia. Darah gue ada di dalam tubuhnya. Pikirannya. Hatinya.

Gue belum tau bagaimana caranya. Belum tau kapan. Belum tau dengan apa. Dengan siapa.
Tapi Mami pasti berjuang untuk kamu, Key. Menjadikanmu anak baik. Mencintaimu tanpa syarat. Mengasihimu setulusnya. Seperti apapun kamu.
Bukan hanya suami yang harus kita terima seutuhnya. Apa adanya. Pun anak2. Karena anak2 itu, adalah belahan jiwa kita yang lain. Bukan tulang rusuk memang, tapi darah dan seluruh gen kita ada disana.

So I wont give up, I wont give up. No matter what. I will not give up. God gave me you, He knew I can take care of you. I’ll be the best mom for you. I don’t know how, but I will. Never give up. Promise.

I love you very much, Key

Mastitis


Kejadian yang udah lama ini, telat banget gue posting. Iya iya, gue super late. Tapi kok rasanya harus gue tulis juga ya. Demi mencegah makin banyaknya ibu2 yang jadi korban si M ini.

Gue udah 3x kena mastitis. Yang 1 dan ke-2 itu pas habis melahirkan. Seperti ular gigit buntut, sebabnya saling melingkar.

ASI belum lancar à baby udah haus, jadi gemes gigit2 puting à puting luka à kekeuh disusuin à puting makin luka berdarah à frekuensi nyusuin berkurang karena luka à payudara makin bengkak à ASI masih tersumbat

Mastitis 1 dan 2, akhirnya sembuh sendiri, cuma consume pan*dol biru aja.

Mastitis ke-3 ini, muncul ketika usia Samantha 7 bulan. Puji Tuhan, udah lewat ASIX. Duh asli, kalau gue ingat2, Tuhan itu super baik ya. Coba kalau gue kena mastitis di usia Sam 5 bulan, which is tinggal dikit lagi dia kelar ASIX, mungkin gue bisa nangis2 darah kali. Secara nanggung bentar lagi makan, gitu loh.

Awalnya, gue mengubah frekuensi pumping gue. Entah kenapa, memasuki bulan ke-6, Samantha malah suka kebangun malam dan minta susu. Jadi…yang tadinya pumping di rumah waktu malam sebelum bobo, kali ini gue bablas tidur. Dengan maksud toh malam Sam juga minta susu, jadi gue bisa kasih ASI langsung ke dia.
Ternyataaa sodara2, inilah awal kesalahan gue. Harusnya walaupun baby akan minta mimi di malam hari, tetap kita harus pumping tiap 3-4 jam *jitak kepala sendiri

Berhari2 gue ga pumping malam, dan Sam emang bangun terus.
Sampai suatu kali di weekend, dengan tujuan bakal ngasih ASI langsung (so pagi nya gue ga pumping), siang2 PD udah mulai bengkak, tapi belum sakit.
Sorean baru mulai sakit, dan kayanya mulai tersumbat. Soalnya Sam mimi sambil marah2 (mungkin keluarnya dikit2 ya?). Gue tetap kekeuh kasih langsung.
Hari itu gue kontrol pipisnya Sam, yang emang dikit banget, beda dengan hari2 biasa. Wah, pertanda kurang cairan nih. Badan gue pun mulai kerasa ga enak *radar mulai bunyi
Nah, gue panggil lah si Mbak Pijit yang pernah beberapa kali mijit gue after due. Asli waktu 1x mijit, gue ga bisa nikmatin sama sekali. Suhu badan mulai naik dan badan mulai meriang. PD gue dipijit pelan2, sedikiiiittt aja keluar susunya.

Hari besoknya, badan makin demam, dan PD makin keras.
Puncaknya menjelang malam, suhu badan gue hampir 40 derajat, gue menggigil, PD bengkak.. Meluncur lah gue keUGD Mitra. Disana dikasih beberapa obat, lalu di-refer ke ruang laktasi. Suster2 disana (maaf) terus terang tidak terlalu banyak membantu. Yah mereka menjalankan prosedur aja sih kali ya… Gue dikasih baskom berisi air panas & air dingin (seperti yang udah2), disuruh kompres, diiringi tatapan prihatin sambil bilang “Sakit ya, Bu?” sambil mencet2 PD gue *fiuh.. Well I expect more tadinyaJ
Anyway, sudahlah…
Habis dikompres, gue pompa, kompres, pompa lagi. Masih tak menolong, cuma dapet 20 ml.
Akhirnya lewat midnight, gue pulang.

Besoknya, masih belum membaik. Air susu masih ga keluar, PD masih bengkak, hanya demam aja yang udah turun (mungkin karena obatnya kali ya).
Akhirnya setelah baca2 dan cari info (juga referensi), gue ke Mom & Jo. Duluuuu sekali pernah, tapi tetap saja tempat ini terlihat menakjubkanJ Baru masuk aja, rasanya udah sembuh, hehehe.. super comfyJ
Great place, great service, (wow) great price, hehehe:p Well it was worth every cent J
30 menit kurang lebih di-massage. Entah karena tempat yang sedemikian nyaman, entah karena therapist yang terlatih, atau karena udah berhari2 (jadi gejala pun mulai membaik), PD agak melunak, dan ASI mulai keluar sedikit demi sedikit.

Di sore itu juga, gue ke obgyn yang dulu membantu persalinan gue. Yes, Dokter Sugi it isJ
Begitu gue bilang mastitis dan bilang udah dipijit, dia bilang “Jangan dipijit, Di. Mastitis itu kan kuman. Klo dipijit, nanti kumannya nyebar.”
“ASI nya aman kan, Dok?” tanya gue.
“Jangan dikasih ke baby lah Di, ada kumannya. Kondisi baby kan kita ga tau, ya.”

Wah, beda2 yah. 
Menurut jurnal yang gue baca, mastitis itu adalah penumpukan ASI yang mengakibatkan ASI jadi beku/gumpal, sehingga tidak bisa keluar dengan lancar. Iya betul ada kuman nya, tapi baby will adjust with it. Ini saatnya baby belajar kuman.
Beberapa jurnal bilang harus dipijit supaya ASI keluar, beberapa bilang ga boleh dipijit.
Sutralah, gue udah dipijit ini…

Ow ya, dari Dokter Sugi, gue dapat antibiotik, dan disuruh stop obat2 lain yang diberikan oleh dokter UGD.

Besoknya keadaan dah membaik. Tapi asliiii, ASI gue seret bangettt… Saat ini pun masih berusaha relaktasi *tarik napas panjaaangggg

Kesimpulang yang bisa gue ambil :
1. Jangan ngurangin frekuensi pumping!
2. Klo udah kerasa ga enak (keras atau bengkak) dan ASI ga bisa keluar lancar, better kompres air panas & dingin, lalu pumping
3. Mengenai pendapat boleh dipijit atau enggak, terserah masing2. Tapi gue ngerasain sendiri kalau dipijit itu ada manfaatnya, as long as yang mijit betul2 ngerti

Semoga setelah ini,.... byebye Mastitis :)