Friday, June 29, 2012

[FF Ninelights] Nur


        Liuk tubuhnya menggeliat. Senada dengan cengkoknya, mempesona siapapun yang melihat. Nur memang penyanyi dangdut nomor satu di desa. Sedari tadi, tepuk tangan tak henti membahana.
Nur tersentak mendapati seorang Bapak berbaju batik muncul di belakang panggung. Seingatnya, Bapak ini tadi duduk di barisan terdepan. Perut buncitnya menunjukkan tingkat kemakmuran. Sungguh, Nur benci melihat tatapan melecehkan di mata itu. Senyum remehnya. Kau tak pantas memakai batik, Pak. Apalagi jabatan yang tengah kau sandang. Entah kenapa rakyat memilih untuk kau wakilkan.
              “Hai… bagus sekali suaramu.” Dicoleknya lengan Nur.
              Nur menahan diri untuk tak lari. Teringat pesan Bapak Kepala Desa. Orang ini harus diperlakukan sopan. Demi turunnya dana pembangunan sekolah di desa, syukurlah kalau Yang Mulia tersebut tergerak hatinya membangun puskesmas juga di kampung mereka. Sulitnya berlaku sopan pada orang yang tak sopan!
               “Siapa namamu?”
                Nur masih tak menjawab. Hanya tersenyum kikuk.
               “Mau tak orbitkan jadi penyanyi? Cengkokmu hebat.” Mata jalang itu beralih ke dada Nur. Lalu ke kaki Nur. “Luar biasa.”
               Hih! Serasa ditelanjangi. Aku penyanyi, tak minat jadi siri! Tolong, jangan rendahkan aku seperti ini!
                “Sudah punya suami?”
                Nur menggeleng. Suami tak ada. Tapi  anak ada dua, yang ditinggal lari ibunya.
                “Siapa sih namamu?” Bapak itu mengelus lengan Nur.   
                “Nur…” akhirnya ia bersuara. Berharap jawabnya cukup.
                “Nur siapa? Nurhayati?”
                “Nur…” Nur tercekat. Dada nya semakin terasa sesak.
                “Nurmala?”
   Nur tak tahan lagi. “Nurman!” tukasnya, sambil mengambil saputangan yang menyumpal dada nya.
                Ah! Sudah, bongkar sajalah! Sebelum tangan si batik semakin rajin menjamah!

Jumlah kata: 241