Kali ini, saya ingin bercerita tentang sosok anak
muda yang hebat dan menginspirasi. Namanya Navajo Bima Hadisuwarno, atau akrab
dipanggil Navajo.
Navajo adalah salah satu finalis dari Nutrifood Leadership Award 2013 (NLA) yang baru saja berlangsung bulan November lalu.
Tujuan NLA adalah mencari mahasiswa-mahasiswi
yang memiliki potensi kepemimpinan. Dalam event ini, selain diberikan pelatihan
yang di-design khusus, mereka juga dapat saling berkolaborasi untuk menciptakan
sesuatu yang lebih besar, tentu saja untuk Indonesia.
Ketika itu, pada audisi yang dilaksanakan di
Bandung, sosok Navajo sebenarnya tidak terlalu menonjol. Pembawaannya yang
tenang dan pendiam, membuatnya terlihat biasa-biasa saja, di tengah lautan
peserta yang dominan dan berapi-api.
Tapi seperti kata di film-film, “jagoan baru
keluar belakangan”, hahaha… Sama seperti halnya Navajo. Akhirnya ia menjadi
salah satu yang terpilih hingga ke tahap lima puluh besar, dan akhirnya masuk ke final. Selama tiga hari karantina
dan penjurian, sosoknya menyeruak ke atas. Bukan karena paling banyak bicara.
Bukan juga karena paling sering bertanya. Justru ia terlihat sederhana dalam
diam, tapi ketika dia bicara, semua orang akan mendengarkan. Tidak sembarangan bicara,
itu yang tepat menggambarkan sosoknya.
Navajo, saat karantina NLA 2013 |
Selain masalah pembawaan, sebenarnya apa sih yang
menarik dari mahasiswa semester tiga ini? Yuk simak profil lengkapnya.
Navajo adalah mahasiswa Hubungan Internasional di
Universitas Padjajaran. Ia tergabung
dalam himpunan mahasiswa dan banyak organisasi lain baik di luar maupun di
dalam kampus. Beberapa prestasi yang diraihnya selain menjadi mahasiswa terbaik, adalah juara di Padjajaran Model United Nations, juara Debate Competitions
di International Affairs Week di Universitas Parahyangan, dan juga peraih
medali emas di International Youth Green Summit, sebuah green contest bertaraf internasional, yang diselenggarakan di Universitas
Indonesia.
Jadiiiii tidak diragukan lagi, anak ini pasti
hebat dan pintar luar biasa, ya J
Navajo sangat tertarik pada politik, isu global dan ilmu diplomasi. Tak heran,
cita-citanya adalah menjadi seorang diplomat.
Sejak kecil, Navajo terlibat aktif dalam kegiatan
sosial, mulai dari lingkup perumahan seperti kerja bakti di lingkungan rumah
dan sekolah bersama kedua orangtuanya, sampai mengkoordinir bantuan sosial
ke panti asuhan, dan mengumpulkan buku bekas dan menyalurkannya ke pihak yang
membutuhkan.
Ia juga terlibat dalam aksi sosial di berbagai tempat. Beberapa contoh kegiatannya adalah Cinta Oma (bakti sosial panti
jompo), Buka Bersama dengan Pengungsi Timor, khitanan massal, adik & kakak
asuh, donor darah dan lain-lain.
Di tengah kesibukannya, ia masih menyempatkan diri
mengajar di panti asuhan. Saat ini, ia sedang mengkoordinir program bantuan edukasi dan eco-learning untuk
anak-anak panti asuhan di sekitar Jatinangor.
Program terakhirnya bernama CERIA (Creativity of the Young Achievers), yang mengambil tema "young, green and active". Program ini berbentuk pelatihan dan workshop, diperuntukkan bagi anak-anak panti asuhan, dengan tujuan untuk memberi pengetahuan dan cara bagaimana menjaga lingkungan dengan cara menciptakan kerajinan (kreatifitas) dari sampah plastik dan botol.
Navajo dan anak2 panti |
Sebagai anak muda, Navajo memiliki kepedulian
tinggi terhadap lingkungan. Baginya, sosial adalah aspek kehidupan yang
sifatnya luas dan bukan hanya berkaitan antar manusia, tapi juga manusia dengan
lingkungan. Kita hidup di bumi, karenanya kita wajib menjaga bumi.
Dalam sebuah kompetisi di awal tahun ini, Navajo
berhasil menjadi juara di kategori pollution
and waste, dengan project yang diberi nama PFUZE. PFUZE adalah sebuah tas,
yang bagian dalamnya terbuat dari sampah
plastik yang sudah didaur ulang. Untuk melapisi bagian dalam tas, dibutuhkan setidaknya dua puluh kantong plastik bekas yang disatukan (fused) dengan cara disetrika (dilapisi kertas kalkir supaya tidak lengket), lalu dijahit ke kain luarannya.
Navajo memiliki mimpi untuk membesarkan usaha ini.
Selain bisa mengurangi sampah plastik, PFUZE bisa memberdayakan masyarakat sekitar,
dan tentu saja keuntungannya bisa untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Teman-teman yang tertarik membeli atau bahkan terlibat dalam proyek ini, coba deh kontak Navajo.
logo PFUZE : the smart way to reuse |
penampakan PFUZE bag bagian dalam |
PFUZE Bag, tetap cantik kan? |
Dan ternyata, di segudang kesibukannya, ia hanya
seorang anak muda biasa, yang masih membutuhkan waktu gaul dengan hang out bersama keluarga atau teman-temannya.
Masih berharap punya me-time dengan menulis di blognya. Suka olah raga, cinta alam dan seni
peran, penggemar berat The Killers dan Coldplay. Masih manusia biasa kan?:p
Gimana, sudah merasa kagum, belum?
Jika hanya membaca profilnya saja sudah kagum,
saya jamin, kalian akan bertambah kagum kalau bertemu langsung dan ngobrol
dengannya. Awalnya saya kira ia selayaknya anak dewa, yang “wow” banget, hampir-hampir
tidak menapak saking hebatnya.
Tapiiii ternyata saya salah. Navajo sangat
sederhana dan rendah hati. Sosok pribadi yang menyenangkan, modest dan down to earth. Dari caranya bercerita, saya bisa melihat ketulusan
dan kebaikan hatinya. Kecintaannya pada negeri, membuat saya malu. Dia yang
baru berusia dua puluh tahun, sudah bisa memberikan sebanyak ini untuk
Indonesia. Saya waktu seumur dia, rasanya hanya bisa main-main dan kuliah. Dan
sampai seumur ini pun (umur berapa ya sayaaa, hehehe:p), masih belum bisa
berbuat apa-apa juga untuk negara ini.
Sebagai seorang HR Manager, saya berjumpa dengan
puluhan orang baru setiap minggunya. Menyeleksi dan memilih calon karyawan,
adalah makanan sehari-hari. Dan tanpa ragu, saya mengatakan, orang-orang
seperti Navajo lah yang sangat ingin saya recruit
sebagai karyawan. Pintar tapi rendah hati. Hebat tapi masih membumi. Rasa
peduli yang tidak semua orang punya, ketulusan yang semakin langka di jaman
ini, dan kerendahan hati. Kombinasi komplit seperti es campur dengan cincau
hitam, tape, kelapa dan pacar cina. Es serut dengan sirup manis di atasnya (ini
kok jadi ngomongin makanan sih? Fokus, fokus!:p)
Ketika akhirnya dinobatkan menjadi first winner of Nutrifood Leadership Award
2013, dengan raut muka tidak percaya, ia pun menitikkan air mata.
Berkali-kali mengatakan pada saya kalau ia bukan siapa-siapa, bukan apa-apa dibanding
finalis yang lain yang juga punya segudang prestasi.
8 besar - Nutrifood Leadership Award 2013 |
Navajo, saat diumumkan sebagai juara. Tidak menyangka, sampai menitikkan air mata dan tidak sanggup berkata-kata |
The Winners of NLA 2013 "Tidak menyangka, karena saya merasa bukan siapa-siapa." katanya. |
Mungkin karena itu kamu berbeda dari yang lain,
Jo. Kamu adalah siapa-siapa yang merasa bukan siapa-siapa. Orang hebat yang
merasa bukan apa-apa.
Dengan terpilihnya ia menjadi juara NLA 2013, beberapa media banyak meliput Navajo, baik media cetak maupun elektronik. Ia bahkan terpilih menjadi bintang tamu dalam tayangan Young On Top di Metro TV (simak liputannya di link barusan ya...)
Sungguh, Indonesia butuh kamu, Jo.
Terlalu banyak orang yang mengaku mencintai negeri
ini, tapi tega melukainya. Mereka yang pernah bersumpah akan menjadi pelayan negara,
akhirnya harus berakhir di penjara.
Indonesia tak pernah kehabisan orang pandai. Tapi
orang pandai yang tau bagaimana menggunakan kepandaiannya untuk sungguh-sungguh
membangun negeri, mungkin hanya beberapa. Sebagian lebih tertarik berkarya di
luar negeri, sisanya hanya berusaha menyelamatkan kepentingannya sendiri.
Semoga tetap bisa menjadi inspirasi ya, Jo. Tidak
lengah oleh materi dan popularitas. Tetaplah menjadi diri sendiri, Navajo yang apa
adanya.
Semoga bisa menjadi diplomat kebanggaan Indonesia :)
2 comments:
Harus kayak gini nih anak muda. Top dan isnpiratif.. Semoga menang ya :)
muacihhhh kak belalang:)
menangnya nomor 2, yang penting bisa mengenal anaknya, itu aja udah kebanggaan buat saya:)
Post a Comment