Akhirnya nge-blog
lagiiiii, setelah sekian lama dibiarkan berdebu *brb nyapu dulu*
Kali ini mau ngobrolin
‘rasa nyaman’.
Definisi rasa nyaman
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
nya·man a 1 segar; sehat: badannya
berasa -- disinari matahari pagi; 2 sedap; sejuk; enak: suaranya merdu, -- didengar;
me·nya·man·kan v menjadikan nyaman; menyegarkan; menyejukkan; menyedapkan: taman yg terpelihara baik memberi pemandangan yg ~;
ke·nya·man·an n keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan
me·nya·man·kan v menjadikan nyaman; menyegarkan; menyejukkan; menyedapkan: taman yg terpelihara baik memberi pemandangan yg ~;
ke·nya·man·an n keadaan nyaman; kesegaran; kesejukan
Intinya, kenyamanan
adalah sesuatu yang baik dan positif.
Ga cuma kita, sebagai
makhluk hidup, hewan pun punya insting untuk selalu mencari kenyamanan.
Misalnya anjing yang suka minta digaruk punggungnya atau anak kecil yang suka
dipeluk. Kita aja yang udah gede gini, ga bisa memungkiri, pasti selalu mencari
rasa nyaman.
Kantor gue, yang
disebut2 sebagai #RumahKedua, adalah tempat yang nyaman bagi penghuninya.
Kantor dikondisikan senyaman mungkin, dengan banyak tempat lesehan, ragam
kegiatan yang menyenangkan, cemilan atau minum yang bisa diambil di pojok2
tertentu (walaupun sebatas produk sendiri), suasana kerja yang non formal,
atasan yang bisa diajak karaoke sampai spa bareng:p, rekan kerja yang bisa lo
kerjain habis2an saat dia ulang taun J
Sebagian teman malah
bilang, di kantor lebih nyaman daripada di rumah sendiri (mungkin dia anak kost
ya, hehehe..)
Pernah dengar kata2
“jangan terlalu lama di comfort zone”,
atau “life begin when you’re out of your
comfort zone”?
Terlalu lama bersahabat
dengan rasa nyaman, kadang bisa jadi bumerang.
Saking nyamannya, lo
sampai lupa kalau lo harus menjalani setiap harinya, dengan sebaik2nya. Terlalu
nyaman, sampai lo lupa kalau elo ini digaji loh tiap bulan. Untuk bekerja,
bukan untuk leyeh-leyeh. Kalau kerja sambil leyeh-leyeh, itu baru bolehJ
Kenyamanan ini bisa
membuai lo, saat semuanya terasa “baik2 aja”, padahal saat itu lo sebenarnya
sedang menurunkan standard “baik2 aja” versi lo.
Kenyamanan bikin lo
terbiasa. Tanpa kreasi. Tanpa inovasi. Tanpa hal2 baru.
Sama seperti di kantor.
Kantor yang nyaman, supposed to be jadi rumah buat lo. Rumah
tempat kita bisa berkreasi, menuangkan ide2 keren lo. Tempat lo bisa jadi diri
sendiri. Tempat lo bisa belajar apapun, dan bersedia membagikannya ke penghuni
yang lain.
Kenyamanan yang terlalu
nyaman, membuat lo lupa banyak hal.
Kantor bukan rumah.
Kantor itu menggaji lo, sedangkan rumah tidak.
Rumah aja punya aturan
dan tuntutan, apalagi kantor:p
Jangan merasa terlalu
nyaman, sampai melupakan kalau perusahaan juga punya aturan yang harus dipatuhi,
dan tuntutan yang harus dipenuhi.
Jangan merasa terlalu
nyaman, sampai lo lupa harus respect ke orang lain, sesama karyawan, ke atasan
atau even ke bawahan lo.
Dan kalau lo merasa ini
rumah lo juga, mbok ya diurus rumahnya.
Ikutlah merawat rumah
ini, seperti layaknya tuan rumah. Jangan hanya ikut bangga, tapi ikutlah menjaganya
juga, sebaik2nya.
Serumah dengan orang
lain, artinya kita harus mempertimbangkan orang2 lain dalam setiap pengambilan
keputusan. Mau matiin lampu ruang tamu, pikirkan apa sedang ada orang di situ.
Mau kecilin suhu AC,
pikirkan apa ada orang yang akan kedinginan.
Mau parkir di lobby,
pikirkan apakah itu akan bikin orang lain susah apa tidak.
Kita hidup bersama, dengan
penghuni rumah lain. Kita ga hidup sendirian, bahkan di rumah kita sendiri.
Jadi?
Yuk bersama2
membangun rumah kita. Berjuang bersama untuk menjadikan #RumahKedua kita lebih
baik. Sebagai sesama penghuni rumah, kudu kolaborasi. Kerja bersama, jelas lebih ringan daripada kerja sendiri.
Kenyamanan bikin buntu?
Iya, betul. Tapi banyak hal yang baru keluar saat merasa nyaman? Itu juga
betul. Tergantung, bagaimana menyikapi si rasa nyaman itu.
Tulisan ini juga buat
gue, yang seringkali merasa terlalu nyaman, sampai melupakan banyak mimpi dan
harapan:p
Ah, gue ini. Sekian
lama ga nge-blog, sekalinya nge-blog malah tentang ginian *toyor kepala ndiri*
2 comments:
Thanks for sharing, Ci :)
Like this part: “Dan kalau lo merasa ini rumah lo juga, mbok ya diurus rumahnya. Ikutlah merawat rumah ini, seperti layaknya tuan rumah.” *jleb*
Sangat menyentuh .tapi memang benar kita terjebak dg zona nyaman sampai lupa untuk menaati aturan .
Post a Comment