Friday, February 14, 2014

Dear Dewo


This posting has written for #PreWedRush (by Mbak Okke) Love Letter Contest sponsored by Stiletto Book and Route 28 Tees



Hai Wo!

Di hari Valentine ini, saat semuanya (mungkin) menulis untuk Lanang, gue memilih untuk menulis buat lo. Menurut gue, lo adalah sosok yang paling mengagumkan, even sejak di awal kisah.

Banyak hal yang membuat gue kagum dari lo, Wo.
Salah satunya adalah cara lo mencintai Menina.
Sayang lo buat Menina itu, pada mulanya gue anggap ga wajar, tapi justru membuat gue belajar.
Gue pingin belajar menyayangi, seperti lo menyayangi dia.
Sayang lo ke dia itu tulus. Sayang yang tidak membebani. Cinta yang tidak mengekang.
Dan perasaan cinta seperti itu, hanya bisa diberikan oleh orang yang merasa secure dengan dirinya sendiri.

Waktu Menina malah kabur ke Jogja dan bukanya ke Surabaya … Apa elo sebenarnya udah tau, Wo? Menina bukannya “salah turun”, tapi dia memang “pingin turun” di Jogja. Sewaktu Menina tak jua bisa dihubungi, gimana ya perasaan elo? Apa elo udah punya firasat sebelumnya? Gimana perasaan lo saat terjadi gempa di Jogja dan Menina ada di sana?

Gue sempat bertanya2 waktu itu. Kenapa elo ga menyusul ke Jogja, Wo? Sepertinya kok elo enggan memperjuangkan Menina?
Kalau gue jadi lo, gue pasti udah langsung terbang ke Jogja untuk menarik Menina pulang. Dan gue pasti ngamuk berat menemukan (calon) tunangan gue ternyata sedang spend time sama mantannya di saat kalian seharusnya tunangan.

Tapi mungkin itu yang namanya mencintai dengan dewasa. Menyayangi dengan bijak.
Memberikan ruang dan waktu untuk orang yang elo sayang.
Memberinya segala kesempatan untuk memilih.

Apalagi Menina itu cerdas, bebas, kapanpun bisa lepas. Tapi elo dengan kebesaran hati lo, justru malah memberikan waktu sebebas-bebasnya dan ruang seluas-luasnya untuk dia berpikir.
Lo mengerti keraguan dia, kegalauan dia, ketidakyakinan dia.
Itu membuktikan kalau walaupun lo sayang setengah mati sama dia, tapi lo siap melepaskan dia apabila dia ga merasa yakin dengan cinta kalian. Lo bahkan sanggup menunggunya.

Ah, lo memang mengagumkan, Wo! J

Kalau boleh memilih, gue akan memilih pria seperti lo, untuk bisa mendampingi gue sampai tua. Gue memilih perasaan aman dan dicintai. Gue memilih merasa diterima apa adanya dan disayangi.
Kehidupan pernikahan yang seperti roller coaster (iya, gue memang kebanyakan baca buku :p) jelas bukan impian gue. Gue memilih kehidupan tenang, yang walaupun ada sedikit riak dan gelombang, tapi tidak lantas menjadikannya ombak. Kehidupan tenang, mungkin membosankan bagi sebagian orang, tapi tidak buat gue.
Bad boy mungkin asik jadi teman jalan. Tapi pria seperti lo, adalah pilihan untuk dijadikan teman hidupJ

Anyway, congrats yaaa finally elo dan Menina bisa menikah, dan udah dikarunia putri yang cantik pula.

Gue belajar banyak dari kisah lo sama Menina. 
Bahwa mencintai itu berarti membebaskan. Mencintai berarti memberikan ruang dan waktu. Mencintai berarti melepaskan. Siap merelakan.
Seperti kata orang, “Kalau mencintai, bebaskanlah. Kalau dia kembali, artinya dia akan menjadi milikmu. Kalau tidak, artinya dia memang bukan untukmu.”

Jangan mencintai dengan menggebu. Karena seperti pasir, akan lepas jika digenggam terlalu erat. Mencintailah dengan sederhana, seperti kuku jari yang akan terus tumbuh.

Gue berdoa, supaya gue layak mencintai dan dicintai, seperti lo mencintai Menina.

Selamat hari Kasih Sayang, Dewo!




No comments: