This posting has written for #PreWedRush (by Mbak Okke) Love Letter Contest sponsored by Stiletto Book and Route 28 Tees
Hai Wo!
Di hari Valentine ini, saat
semuanya (mungkin) menulis untuk Lanang, gue memilih untuk menulis buat lo.
Menurut gue, lo adalah sosok yang paling mengagumkan, even sejak di awal kisah.
Banyak hal yang membuat
gue kagum dari lo, Wo.
Salah satunya adalah
cara lo mencintai Menina.
Sayang lo buat Menina
itu, pada mulanya gue anggap ga wajar, tapi justru membuat gue belajar.
Gue pingin belajar
menyayangi, seperti lo menyayangi dia.
Sayang lo ke dia itu
tulus. Sayang yang tidak membebani. Cinta yang tidak mengekang.
Dan perasaan cinta
seperti itu, hanya bisa diberikan oleh orang yang merasa secure dengan dirinya sendiri.
Waktu Menina malah
kabur ke Jogja dan bukanya ke Surabaya … Apa elo sebenarnya udah tau, Wo?
Menina bukannya “salah turun”, tapi dia memang “pingin turun” di Jogja. Sewaktu
Menina tak jua bisa dihubungi, gimana ya perasaan elo? Apa elo udah punya
firasat sebelumnya? Gimana perasaan lo saat terjadi gempa di Jogja dan Menina
ada di sana?
Gue sempat bertanya2
waktu itu. Kenapa elo ga menyusul ke Jogja, Wo? Sepertinya kok elo enggan
memperjuangkan Menina?
Kalau gue jadi lo, gue
pasti udah langsung terbang ke Jogja untuk menarik Menina pulang. Dan gue pasti
ngamuk berat menemukan (calon) tunangan gue ternyata sedang spend time sama mantannya di saat kalian
seharusnya tunangan.
Tapi mungkin itu yang
namanya mencintai dengan dewasa. Menyayangi dengan bijak.
Memberikan ruang dan
waktu untuk orang yang elo sayang.
Memberinya segala
kesempatan untuk memilih.
Apalagi Menina itu cerdas, bebas, kapanpun
bisa lepas. Tapi elo dengan kebesaran hati lo, justru malah memberikan waktu
sebebas-bebasnya dan ruang seluas-luasnya untuk dia berpikir.
Lo mengerti keraguan
dia, kegalauan dia, ketidakyakinan dia.
Itu membuktikan kalau
walaupun lo sayang setengah mati sama dia, tapi lo siap melepaskan dia apabila
dia ga merasa yakin dengan cinta kalian. Lo bahkan sanggup menunggunya.
Ah, lo memang
mengagumkan, Wo! J
Kalau boleh memilih,
gue akan memilih pria seperti lo, untuk bisa mendampingi gue sampai tua. Gue
memilih perasaan aman dan dicintai. Gue memilih merasa diterima apa adanya dan
disayangi.
Kehidupan pernikahan
yang seperti roller coaster (iya, gue
memang kebanyakan baca buku :p) jelas bukan impian gue. Gue memilih kehidupan
tenang, yang walaupun ada sedikit riak dan gelombang, tapi tidak lantas
menjadikannya ombak. Kehidupan tenang, mungkin membosankan bagi sebagian orang,
tapi tidak buat gue.
Bad boy mungkin asik jadi teman jalan. Tapi pria seperti lo, adalah
pilihan untuk dijadikan teman hidupJ
Anyway, congrats yaaa
finally elo dan Menina bisa menikah, dan udah dikarunia putri yang cantik pula.
Gue belajar banyak dari
kisah lo sama Menina.
Bahwa mencintai itu berarti membebaskan. Mencintai
berarti memberikan ruang dan waktu. Mencintai berarti melepaskan. Siap merelakan.
Seperti kata orang, “Kalau
mencintai, bebaskanlah. Kalau dia kembali, artinya dia akan menjadi milikmu.
Kalau tidak, artinya dia memang bukan untukmu.”
Jangan mencintai dengan
menggebu. Karena seperti pasir, akan lepas jika digenggam terlalu erat. Mencintailah
dengan sederhana, seperti kuku jari yang akan terus tumbuh.
Gue berdoa, supaya gue
layak mencintai dan dicintai, seperti lo mencintai Menina.
Selamat hari Kasih
Sayang, Dewo!
No comments:
Post a Comment