So here it is in 592 words
---------------------------------------------------
Gue kagum (banget) dengan alur ceritanya. Maju-mundur-bolak-balik,
tapi ga membingungkan. Berlari lincah di
masa tiga tahun lalu, lompat ke setahun kemudian, terbang lagi ke masa sekarang,
tapi bisa dipahami dengan mudah.
Ini salah satu buku yang ga pake bab, love it! Selama ini, kalau lagi nulis novel (iyaaa, yang ga kelar2
ituuu), gue selalu terjebak di jeda antar bab, atau kalimat pembuka bab. Tapi
novel ini membuyarkan segala aturan itu.
Seribu Kerinduan adalah tentang Renata dan Panji.
Gue suka banget cara pasangan Renata dan Panji berinteraksi, romantis dan saling sayang. Langsung kebayang di kepala gue waktu mereka ngopi bareng, Panji memeluk bahu Renata, Renata gelendotan manja, pokoknya bahasa tubuh mereka romantis banget.
Empat tahun merangkai kasih, mimpi harus berakhir ketika
Panji (menurut) dijodohkan. Kisah klasik tentang perjodohan, tapi menarik
melihat karakter Renata yang terperosok jatuh sedalam-dalamnya, sebelum
akhirnya bangkit berdiri dan sanggup berjalan lagi.
Renata itu berani, she knows what she’s doing.
Latar belakang keluarga membentuknya jadi wanita kalem namun
kuat dan penuh tanggung jawab. Dia merokok, minum (lumrah seperti media person pada umumnya, tanpa
bermaksud menggeneralisasi). I don’t know
whether she’s a virgin or not, but making
love seperti bukan sesuatu yang baru buatnya.
Keberanian Renata yang pertama, terlihat dari sejak ia
datang ke nikahan Panji. She’s crazy for
being there!
Kedua, ia berani pergi ke tempat-tempat yang pernah
didatanginya bersama Panji, itu bukannya seperti menetesi lukanya dengan jeruk
nipis ya????
Ketiga, Renata memutuskan untuk menjadi PSK (prefer this one than using the word
‘pelacur’)!
Gue jadi ikut sakit hati dan dendam sama Panji, yang
membuat Renata kehilangan karir dan semangat hidupnya.
Di balik keberaniannya, Renata tetaplah seorang wanita yang
punya air mata. Gue bergidik ngeri sekaligus ngilu, ketika Renata bilang sama Dion,
“walaupun kelihatannya menikmati, tapi bagian bawah gue sakit banget”, really “ouch”
L
Personally, gue ga
terlalu dapat karakternya Panji. Apakah dia orang yang keras, bagaimana
pendiriannya, apakah dia dominan?
Yang jelas, Panji ini sabar banget. Sabar nurutin
nyokapnya, sabar ngadepin Ayu (anyway
Ayu dalam buku ini bukan antagonis, walaupun dia selingkuh dan hamil), sabar
mencari Renata. Panji seperti yakin kalau lately
nasib akan mempertemukan dia dengan Renata. But
how if Renata taken while he’s married?
Panji seperti ingin mendapatkan semuanya. Menuruti Ibunya,
coba mencintai Ayu, tapi ga mau lepasin Renata (ngapain sih kirim sms-sms kayak
gitu ke Renata, dasar PHP!:p)
BTW I admire how
Panji & Ayu didn’t do sex in their marriage life, since there is no love.
Jarang bangeeettt, hari giniiiii J
That’s what make Panji is worth to be
loved, and Ayu looks fine in her way.
Kalau di film ada pemeran pendukung, nah inilah si Dion.
Tadinya gue menyangka Dion naksir Renata. Tapi dari
kata-kata dan dialognya, Dion is every woman’s best friend. Lagian ga
mungkin toh, seorang pria membiarkan wanita yang dia suka menjadi PSK?
Di buku ga diceritain gimana Panji dan Dion bertemu, ya?
Atau gue missed?
Karakter lain, bisa dibilang figuran karena muncul
sebentar, tapi toh cukup sentral.
I heart you, Bu
Rully! Tipikal atasan idola yang walaupun galak tapi berani pasang badan demi
anak buahnya.
Karakter Diana & Erika, bikin novel lebih hidup. Sahabat
sejati yang langka di jaman ini, anytime
call pals.
I have thousand favorite
words. Suka banget dengan permainan kata Mbak Herlina di novel ini, one of them is on page 67 : “Kenapa nasib mujur pantai dan cakrawala tak juga
terjadi padaku?” à
kalimat sebelumnya keren, membicarakan tentang garis air laut bertemu dengan
garis birunya langit, selalu begitu.
Shortly, love it,
Mbak Herlina! Waiting for your next
novel (walaupun lebih asik ngedit daripada nulis ya Mbak:p)
1 comment:
Terima kasih, @Stiletto_Books & @HerlinaPDewi for choosing this review:)
Post a Comment