Dihitungnya
coklat-coklat mungil itu dengan seksama. Lalu ditatanya di dalam plastik
transparan bermotif gambar hati kecil, warna merah muda. Ujung plastik itu
dibentuk, dan diikat
dengan pita berwarna sama. Merah muda campur putih.
Cantik,
desahnya puas. Sekarang tinggal membuat kartunya.
*
“Ka! Riska!”
Pintu kamar
Riska diketuk. Pasti Damai.
“Masuk aja,
Mai!” teriak Riska dari dalam.
Pintu berderit.
Muncul sosok Damai, teman se-kost Riska.
“Ka, ada
kiriman buat kamu!”
“Kiriman?”
“Iya! Lihat
nih!” Damai menyodorkan sesuatu yang didominasi warna merah muda.
“Apa ini?”
“Coklat, Ka!
Cantik banget, ya!” tutur Damai semangat.
Senyum Riska
mengembang.
“Iya, cantik. Dari
siapa, ya?”
“Itu ada
kartunya!” Damai mendekat. Mencoba mengintip dari bahu Riska.
Dear Riska,
Lots
of love
“Ga ada namanya,” bisik Riska
pelan.
“Masa, Ka? Kamu ga tau itu
tulisan siapa?”
Riska menggeleng.
“Ini kamu dapat darimana, Mai?”
tanya Riska sambil mengerutkan kening.
“Dari ibu kost. Katanya dikirim
lewat pos. Kok ga ada namanya... Wah kamu punya pengagum rahasia, Ka! Secret admirer!”
Riska tersenyum kecil. “Bisa aja
kamu, Mai.”
“Hiiyyy, penasaran deh, pingin
tau siapa yang kirim. Pasti orangnya romantis! Beruntungnya kamu, Ka…”
Riska menjitak kepala Damai.
“Wong belum tau dari siapa….”
“Yah seenggaknya ada cowok
romantis yang naksir kamu. Daripada akuuuu… judulnya sih punya pacar, tapiiii…”
“Hahaha.. dasar kamu. Justru kamu
yang beruntung, tau ga? William tuh sayang sama kamu.”
“Iya sih, tapi jangankan kasih
coklat, ditelpon tiap hari aja udah bagus…” Damai tertawa pasrah. “Nasib punya
pacar jauh…” katanya sebelum berlalu.
Riska menatap bingkisan cantik di
tangannya. Sempurna.
*
Riska melingkari kalender di
agenda nya. Tanggal 14 tinggal dua minggu lagi. Tapi… Belum ada tanda-tanda Ryan
akan mengajaknya pergi. Padahal sudah banyak signal yang diberikannya. Mengirim pesan singkat ke cell phone nya. Duduk di sebelahnya saat
kursus. Bahkan mereka sudah saling bercerita tentang keluarga. Ayah Ibu nya
yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahun perkawinan ke dua puluh. Kakak
perempuan Riska yang bulan depan menikah. Harus pakai cara apa lagi?
Sudah enam bulan mereka dekat.
Tapi kenapa Ryan tidak pernah mengajaknya pergi? Hanya sebatas telpon dan saling
berkirim pesan? Apakah dia pemalu? Atau dia tak suka padaku? Atau mungkin dia
udah punya pacar? pikir Riska galau.
*
“Ka, kemarin Ryan nanyain kamu.”
Riska hampir tersedak. “Yang
benar, Mai?”
“Iya. Dia tanya, kamu udah punya
pacar apa belum.”
“Serius?”
“Dua rius!” Damai menghirup kuah
baksonya.
“Kok bisa tiba-tiba dia nanyain
aku?”
“Ehm… sebenarnya, aku duluan
yang cerita tentang kamu,” curhat Damai tersipu.
“Kamu cerita apaan emangnya?”
“Aku cerita soal kamu yang dapat
kiriman coklat tanpa nama itu.”
“Oh… Terus Ryan bilang apa?”
“Dia kaget, setau dia kamu belum
punya pacar. Aku bilang, emang belum, namanya juga secret admirer.”
“Terus?” Riska menahan percik di hatinya.
“Terus?” Riska menahan percik di hatinya.
“Dia keliatannya jealous, Ka,” Damai terbahak. “Lucu. Aku
belum pernah liat Ryan sepanik kemarin. Gara-gara kamu sih.”
“Loh, kok aku?”
“Yah, Ryan kan orangnya
tertutup. Spesies langka, hari gini masih ada cowok pemalu kaya dia. Ngajak
cewek jalan aja, ga berani. Sampai ada saingan, baru deh kelabakan.”
“Maksud kamu… Ryan mau ngajak
aku jalan, tapi ga berani?”
“Ya gitu deh. Aku kenal Ryan
dari kecil, Ka. Dia ga bisa bohongin aku.”
“Yakin kamu, Mai?”
Damai menepuk bahu Riska.
“Menurut aku, kalian berdua
sama-sama naksir. Tapi dia malu-malu, dan kamunya gengsi. Pantas aja ga pernah
nemu!”
“Hah?” Riska hampir menjatuhkan
sendoknya. Darimana Damai tau, dia naksir Ryan? “Emangnya… emangnya aku
keliatan naksir dia gitu, Mai?”
“Nah! Benar kan, kamu naksir
Ryan? Hayooo ngaku!” Damai berteriak senang melihat wajah Riska mendadu.
*
Riska melambaikan tangan dengan
riang. “Sampai ketemu besok, ya!” katanya, lalu memandang Ryan hingga sosoknya
masuk ke mobil dan berlalu.
My first Valentine, desahnya bahagia.
Riska masuk ke kamarnya. Pandangannya
terhenti di atas meja kerja. Sebuah plastik transparan dengan motif hati,
berisi coklat-coklat kecil.
Persaingan memang jitu untuk
membuat ego cowok tersentuh. Ternyata berlaku juga untuk cowok pemalu seperti
Ryan. Mengetahui gadis dambaannya dikagumi cowok lain, membuat Ryan akhirnya
berani mengutarakan perasaannya. Pas di hari Valentine, tepat seperti harapan
Riska.
“Aku berhasil,” kata Riska
sambil menjentik debu yang menempel di plastik itu. Berhasil menciptakan “pengagum rahasia”
buatan. Menjadi sempurna ketika Damai yang menerima paket itu. Damai tak tau,
Riska yang mengirim coklat-coklat itu untuk dirinya sendiri. Karena Riska
yakin, Damai pasti menceritakannya pada Ryan.
Dan seperti harapan Riska, Ryan
akhirnya memberanikan diri mengajaknya pergi di hari Valentine. Ryan takut
Riska akan jatuh ke tangan pengagum misteriusnya itu.
“Makasih ya Mai, udah cerita ke
Ryan soal coklat-coklat ini. Ga mungkin kan, aku yang cerita sendiri kalau aku
punya pengagum rahasia. Pengagum yang sebenarnya tak pernah ada.” Riska
tertawa, lalu mengecup bingkisan itu.
*
Buat teman2 cowok gue yang pemalu, hayoooo dikebut dikebut dikebut, sebelum gebetannya diambil yang lain:)
Buat teman2 cewek, don't try this at home ya hahaha:)
Have a nice Valentine, everyone:)
No comments:
Post a Comment