Thursday, February 18, 2016

COKLAT buat RISKA

               Dihitungnya coklat-coklat mungil itu dengan seksama. Lalu ditatanya di dalam plastik transparan bermotif gambar hati kecil, warna merah muda. Ujung plastik itu dibentuk, dan diikat 
dengan pita berwarna sama. Merah muda campur putih.
                Cantik, desahnya puas. Sekarang tinggal membuat kartunya.
*
                “Ka! Riska!”
                Pintu kamar Riska diketuk. Pasti Damai.
                “Masuk aja, Mai!” teriak Riska dari dalam.
                Pintu berderit. Muncul sosok Damai, teman se-kost Riska.
                “Ka, ada kiriman buat kamu!”
                “Kiriman?”
                “Iya! Lihat nih!” Damai menyodorkan sesuatu yang didominasi warna merah muda.
                “Apa ini?”
                “Coklat, Ka! Cantik banget, ya!” tutur Damai semangat.
                Senyum Riska mengembang.
                “Iya, cantik. Dari siapa, ya?”
                “Itu ada kartunya!” Damai mendekat. Mencoba mengintip dari bahu Riska.

                Dear Riska,
               Lots of love

                “Ga ada namanya,” bisik Riska pelan.
                “Masa, Ka? Kamu ga tau itu tulisan siapa?”
                Riska menggeleng.
                “Ini kamu dapat darimana, Mai?” tanya Riska sambil mengerutkan kening.
           “Dari ibu kost. Katanya dikirim lewat pos. Kok ga ada namanya... Wah kamu punya pengagum rahasia, Ka! Secret admirer!”
                Riska tersenyum kecil. “Bisa aja kamu, Mai.”
              “Hiiyyy, penasaran deh, pingin tau siapa yang kirim. Pasti orangnya romantis! Beruntungnya kamu, Ka…”
                Riska menjitak kepala Damai. “Wong belum tau dari siapa….”
                “Yah seenggaknya ada cowok romantis yang naksir kamu. Daripada akuuuu… judulnya sih punya pacar, tapiiii…”
                “Hahaha.. dasar kamu. Justru kamu yang beruntung, tau ga? William tuh sayang sama kamu.”
                “Iya sih, tapi jangankan kasih coklat, ditelpon tiap hari aja udah bagus…” Damai tertawa pasrah. “Nasib punya pacar jauh…” katanya sebelum berlalu.
                Riska menatap bingkisan cantik di tangannya. Sempurna.
*
              Riska melingkari kalender di agenda nya. Tanggal 14 tinggal dua minggu lagi. Tapi… Belum ada tanda-tanda Ryan akan mengajaknya pergi. Padahal sudah banyak signal yang diberikannya. Mengirim pesan singkat ke cell phone nya. Duduk di sebelahnya saat kursus. Bahkan mereka sudah saling bercerita tentang keluarga. Ayah Ibu nya yang sebentar lagi akan merayakan ulang tahun perkawinan ke dua puluh. Kakak perempuan Riska yang bulan depan menikah. Harus pakai cara apa lagi?
                Sudah enam bulan mereka dekat. Tapi kenapa Ryan tidak pernah mengajaknya pergi? Hanya sebatas telpon dan saling berkirim pesan? Apakah dia pemalu? Atau dia tak suka padaku? Atau mungkin dia udah punya pacar? pikir Riska galau.
*
                “Ka, kemarin Ryan nanyain kamu.”
                Riska hampir tersedak. “Yang benar, Mai?”
                “Iya. Dia tanya, kamu udah punya pacar apa belum.”
                “Serius?”
                “Dua rius!” Damai menghirup kuah baksonya.
                “Kok bisa tiba-tiba dia nanyain aku?”
                “Ehm… sebenarnya, aku duluan yang cerita tentang kamu,” curhat Damai tersipu.
                “Kamu cerita apaan emangnya?”
                “Aku cerita soal kamu yang dapat kiriman coklat tanpa nama itu.”
                “Oh… Terus Ryan bilang apa?”
                “Dia kaget, setau dia kamu belum punya pacar. Aku bilang, emang belum, namanya juga secret admirer.”                              
                “Terus?” Riska menahan percik di hatinya.
               “Dia keliatannya jealous, Ka,” Damai terbahak. “Lucu. Aku belum pernah liat Ryan sepanik kemarin. Gara-gara kamu sih.”
                “Loh, kok aku?”
                “Yah, Ryan kan orangnya tertutup. Spesies langka, hari gini masih ada cowok pemalu kaya dia. Ngajak cewek jalan aja, ga berani. Sampai ada saingan, baru deh kelabakan.”
                “Maksud kamu… Ryan mau ngajak aku jalan, tapi ga berani?”
                “Ya gitu deh. Aku kenal Ryan dari kecil, Ka. Dia ga bisa bohongin aku.”
                “Yakin kamu, Mai?”
                Damai menepuk bahu Riska.
                “Menurut aku, kalian berdua sama-sama naksir. Tapi dia malu-malu, dan kamunya gengsi. Pantas aja ga pernah nemu!”
                “Hah?” Riska hampir menjatuhkan sendoknya. Darimana Damai tau, dia naksir Ryan? “Emangnya… emangnya aku keliatan naksir dia gitu, Mai?”
                “Nah! Benar kan, kamu naksir Ryan? Hayooo ngaku!” Damai berteriak senang melihat wajah Riska mendadu.
*
                Riska melambaikan tangan dengan riang. “Sampai ketemu besok, ya!” katanya, lalu memandang Ryan hingga sosoknya masuk ke mobil dan berlalu.
                My first Valentine, desahnya bahagia.
                Riska masuk ke kamarnya. Pandangannya terhenti di atas meja kerja. Sebuah plastik transparan dengan motif hati, berisi coklat-coklat kecil.
                Persaingan memang jitu untuk membuat ego cowok tersentuh. Ternyata berlaku juga untuk cowok pemalu seperti Ryan. Mengetahui gadis dambaannya dikagumi cowok lain, membuat Ryan akhirnya berani mengutarakan perasaannya. Pas di hari Valentine, tepat seperti harapan Riska.
                “Aku berhasil,” kata Riska sambil menjentik debu yang menempel di plastik itu.  Berhasil menciptakan “pengagum rahasia” buatan. Menjadi sempurna ketika Damai yang menerima paket itu. Damai tak tau, Riska yang mengirim coklat-coklat itu untuk dirinya sendiri. Karena Riska yakin, Damai pasti menceritakannya pada Ryan.
                Dan seperti harapan Riska, Ryan akhirnya memberanikan diri mengajaknya pergi di hari Valentine. Ryan takut Riska akan jatuh ke tangan pengagum misteriusnya itu.

                “Makasih ya Mai, udah cerita ke Ryan soal coklat-coklat ini. Ga mungkin kan, aku yang cerita sendiri kalau aku punya pengagum rahasia. Pengagum yang sebenarnya tak pernah ada.” Riska tertawa, lalu mengecup bingkisan itu.
*

Buat teman2 cowok gue yang pemalu, hayoooo dikebut dikebut dikebut, sebelum gebetannya diambil yang lain:)
Buat teman2 cewek, don't try this at home ya hahaha:)

Have a nice Valentine, everyone:)

No comments: