Thursday, April 02, 2015

Have Courage & (Dreams Will) Be Kind! #SelfieStory

Sejak kecil, saya punya banyak mimpi sederhana, khas anak-anak. Menjadi Snow White (udah ga mungkin, hehehe:p), punya dua anak (done, malah dikasih bonus, yuhuuu:p), dan… menulis buku sendiri.  
What kind of dream was that?
Kayak apa ya rasanya kalau tulisan kita itu dibaca banyak orang? Kayak apa ya rasanya kalau ada nama kita tertulis di buku sebagai pengarangnya?

Menulis dan menjadi penulis, ternyata berbeda.
Menulis kurang lebih hanya untuk dibaca sendiri, dan menjadi penulis itu kalau tulisan kita sudah dibaca masal orang lain.

Masa kecil saya dihiasi oleh banyak buku.
Sejak bisa membaca, Putri Salju dan Cinderella  adalah favorit saya. Cerita yang berhasil membuat saya percaya, kalau kehidupan putri itu selalu berakhir bahagia (Udah nonton Cinderella? The “have courage and be kind” story?) 

Memasuki masa remaja, Enid Blyton, Alfred Hitchock, Hans Christian Andersen, menjadi sahabat saya. Saya melahap habis 30 seri Girl Talk, Malory Towers, Sweet Valey High, dan lainnya.
Beranjak dewasa, saya kenalan dengan Cheeklit dalam dan luar negeri, juga novel dewasa.

Saya selalu kagum dengan para penulis. 
Kok bisa, JK Rowling menggambarkan Wizarding World Harry Potter, lengkap dengan Quidditchnya. 
Kok bisa, Sophie Kinsella bercerita tentang Becky Bloomwood segitu detail, hingga berhasil membuat saya mimpi-mimpi terbang ke London demi ketemu Luke Brandon, hahaha.. 
Kok bisa, Clara Ng menulis buku tentang tiga wanita yang tertukar jiwanya dalam Tiga Venus. 
Dan Ika Natassa, dengan indahnya menuliskan kisah Alex dan Beno. 
Saya tergila-gila pada karya mereka. Mereka itu awesome!

Saya tidak berani bermimpi menjadi penulis.
Betul, saya suka menulis.
Puisi dan beberapa cerpen saya pernah dimuat di majalah, dan rasanya luar biasa.
Tapi saya belum merasa menjadi penulis.
Penulis untuk saya adalah kalau kamu sudah bisa menelurkan karya, atau BUKU secara harafiah.

Adalah Ibu dan suami saya, yang selalu mengatakan kalau saya bisa.
Mami menyukai seluruh tulisan saya. Dia selalu menjadi pembaca pertama dan penggemar setia saya.
Suami saya, walau bukan penggemar fiksi, tapi dia selalu ada di barisan depan pendukung saya.

Menikah dan punya 3 anak, bisa dibilang saya hampir melupakan mimpi itu. Mengurus keluarga dan bekerja penuh waktu, adalah prioritas saya. Boro-boro terpikir untuk menulis. Anak-anak keurus dengan baik, plus kerjaan kantor kelar, rasanya udah happy banget. Bonus lainnya, kalau saya bisa tidur pulas selama 8 jam tiap malam, hehehe…

Sekian tahun berlalu oleh kesibukan, saya merasa ada yang hilang. Apa ya? Hm, rupanya saya kangen menulis.
Saya pun memaksa diri menulis apa saja, sekedar memupus rasa kangen. Cerpen, review buku, blog, singkat-singkat aja. Membiasakan jari supaya tidak kaku, begitu istilahnya. Berhubung tidak punya waktu senggang, saya memaksa menulis ketika anak-anak sudah tidur (which is biasanya saya udah ngantuk juga:p).
Menulis buku masih jadi mimpi.

Sampai suatu ketika, berturut-turut review buku, cerpen dan artikel saya menang. Ah, senang banget. Awalnya hanya ingin latihan menulis, puji Tuhan bisa menang. Sesuatu yang tidak kita harapkan, nikmatnya memang dua kali lebih terasa ya. Hal kecil yang kita syukuri, jadi jauh lebih menyenangkan. 
It's not about the present, it's about passion and appreciation.

Saya pun memberanikan diri mengirimkan naskah yang sudah tahunan tersimpan di laptop, ke salah satu penerbit yang kemarin memenangkan review buku saya. Naskah setengah jadi, yang saya tidak pernah punya cukup waktu untuk menyelesaikan. Untunglah, penerbit tersebut memang mensyaratkan hanya 30 halaman pertama naskah untuk dikirimkan.
Keberuntungan saya masih berlanjut. Penerbit menyatakan tertarik dan meminta keseluruhan naskah saya dalam waktu maksimal satu bulan.
Saya panik! Karena naskah masih belum selesai, bahkan ending ceritanya saja belum saya pikirkan, hehe..
Tapi, lagi-lagi saya dikejutkan oleh kata hati saya sendiri. Sekarang, atau enggak sama sekali. Ambil dan lahap semua dengan segala resikonya, atau relakan dia terbang sekalian.
Kesempatan tidak datang dua kali. Yang udah ada di genggaman, terus lanjutkan, jangan lepaskan.
Have courage!

Berhubung saya tidak bisa melepaskan tangggung jawab di kantor, jadi mengambil cuti jelas bukan pilihan. Tapi saya bertekad menyelesaikan naskah ini sebaik-baiknya, dalam waktu sebulan.
Jadi deh saya lembur tiap malam, hehehe.. Baru mulai menulis ketika anak-anak tidur. Kadang ditemani suami, kadang sendiri. Hanya tidur beberapa jam sehari, menjadikan saya bersahabat dengan mata panda, jerawat dan koyo. Emak-emak banget ya, hahaha…
Rasanya puas banget ketika selesai, dan penerbit mengatakan oke :)

Setelah beberapa kali revisi, akhirnya Juli 2014, novel pertama saya, FINALLY YOU, terbit.
Rasanya campur aduk. Senang, excited, terharu, super nano-nano! Mirip-mirip melahirkan gitu, tapi ini bukan baby, melainkan buku, hehehe..
Melihat buku saya terpajang di toko buku, ngantuk dan lelah terbayar, lebih dari LUNAS. Apalagi ketika anak-anak saya ke toko buku, dan mereka bilang, “Ada buku Mami!” rasanya kayak terbang ke langit ke delapan :) (norak ya, saya?:p)

Sudah menjadi penulis? *geleng-geleng.
Belum. Menjadi penulis, artinya bisa membuat tulisan yang bermakna, menginspirasi orang lain, membanggakan penerbit, dan diingat pembaca. Buat saya, penulis itu Ika Natassa. Clara Ng. Icha Rachmanti. Ninit Yunita. JK Rowling. Sophie Kinsella. Enid Blyton. Hans C Andersen. Even the Grimms Brothers.
Sedangkan saya? Butiran debu banget dibanding mereka:)
Kalau ditanya orang apa pekerjaan saya, saya lebih berani bilang kalau saya istri & ibu dari 3 orang anak. Pekerja kantoran. Belum berani bilang “penulis”.

Ga tau kapan bisa mentahbiskan diri sendiri jadi “penulis”. Kalau sudah punya 3 buku? Atau berapa?
Ah, tidak pentinglah itu. Yang penting bisa terus menulis dan menulis terus.

Foto wefie di bawah ini, pasti bukan foto terbaik (semoga kalau pake Smartfren lebih keren ya fotonya:p). Hanya sebuah foto selfie, di tengah obrolan malam bersama Ibu dan anak gadis saya. Ibu yang dengan bangganya membawa buku saya kemana-mana, dan anak gadis yang selalu berbinar kalau menemukan buku Maminya di toko buku. Biarpun sederhana, tapi cahaya di mata mereka, tidak ada duanya. 



"If you have courage, the dreams will be kind.”
One mission accomplished, time to create another one :) 



1 comment:

Tyaseta Rabita Nugraeni Sardjono said...

selamat telah terbit buku, keren! penulis itu tidak harus dengan ketentuan telah menerbitkan buku yang penting nulis dimanapun itu

salam kenal dari saya
@guru5seni8
penulis di www.kartunet.or.id dan http://hatidanpikiranjernih.blogspot.com