Selamat Hari Pendidikan
Nasional!
Ga biasa2nya gue nulis
serius di blog yaaa, hehehe.. so this is one of a kindJ
Hari ini, gue menuliskan
kegalauan gue (jiah, emang biasanya enggak?:p) as a mom (of three, if you may add),
tentang pendidikan anak di Indonesia.
Seperti pernah gue
twit, sekolah di Indonesia nowadays cukup variatif, dan ini yang membuat orang
banyak pilihan sekaligus bingung.
Pertama, sekolah konvensional,
yaitu tipikal sekolah lama yang biasanya mengutamakan hafalan. Less logic,
karena yang diajarkan mostly udah pasti. Issuenya, banyak hal2 ga penting yang
diajarkan di sekolah ini. Anak2 jadi kurang kritis, kurang kreatif, lebih
banyak menghafal.
Remember waktu kita
kecil, gambar gunung dengan matahari tenggelam di atasnya, lalu jalan dan sawah
di bawahnya? Gue ga tau apakah sekarang gambar seperti itu masih diajarkan apa
enggak.
Satu hal yang baik
adalah cara sekolah menerapkan disiplin buat anak2nya.
Di international (atau
national+) school, anak diajarkan untuk berpikir kritis, kreatif, berani
mengemukakan pendapat. Gue salut sama kurikulumnya, salut sama pengajar2nya.
Anak yang pendiam, ga percaya diri, bisa berubah menjadi anak yang berani,
smart dan luar biasa kreatif.
Satu hal yang gue salut
banget, international school ini biasanya mengutamakan proses belajar, dan
bukan hanya resultnya J
I adore them for this.
Walaupun gue kecewa
karena ternyata ada international school beken yang ga mengajarkan agama sama
sekali. Kebebasan yang (bisa jadi) bablas.
Satu yang sampai
sekarang gue belum dapat jawabannya.
Apakah sekolah2 itu mengajarkan
anak untuk toleransi? Seberapa penting mereka mengajarkan pendidikan moral?
Its not Pendidikan
Moral Pancasila yang harus diajarkan (Pancasila is an ideology, right?), tapi
pendidikan moral manusia! So as long as you’re a human, dimanapun lo hidup, di negara
manapun, apapun agama lo, apapun ideologi negara tempat lo tinggal, lo tetap
punya “budaya diri” yang lo bawa sampai mati. Such a simple thing like lo harus
antri, mengutamakan ibu hamil atau orang tua untuk duduk di bis, membantu orang
menyebrang jalan, dll.
Gue rasa, di Indonesia
(atau bahkan di dunia), udah terlalu banyak orang pintar. Cas cis cus juara English
speech, olimpiade matematika, dapat medali emas di olimpiade fisika, etc etc.
Tapi seberapa banyak sekolah yang mengajarkan anak untuk jujur? Seberapa banyak
sekolah yang menjelaskan ke anak kenapa dia tidak boleh nyontek (instead of ga
jujur, tapi nyontek itu adalah mengambil yang bukan hak lo, dan itu sama dengan
korupsi!). Nyontek is awal dari korupsi.
Nilai2 seperti itu yang
semakin berkurang diajarkan di sekolah, tapi ironisnya, hal2 itu yang semakin
diperlukan di jaman sekarang ini.
Menjadi juara is one
thing. Bagaimana cara lo menjadi juara is another thing.
Jago bahasa inggris itu
penting. Tapi menaati peraturan ga kalah penting.
Menggambar gunung itu
bisa dengan banyak cara, sama seperti warna anggrek itu ga selalu ungu, dan
wortel ga selalu orange.
Again, there’s such no
perfect place. No perfect school to learn.
Sebagai orang tua (yang
belum tua2 amat:p), should combine each component, seperti main puzzle.
Apa yang belum
diberikan di sekolah, kita harus berikan di luar sekolah. Misalnya… klo lo
pilih sekolah katolik konvensional (pelajaran alkitabnya mantep banget ini…),
anak kudu kursus bahasa inggris.
Kalau anak lo masuk
international school, sepanjang hari udah cas cis cus, ga perlu lagi les
inggris. Tapi mungkin perlu Sunday school di gereja.
Life is about
completing the journey.
You choose your
journey, fight for it, and enjoy it the most.
So, anak2 lo nanti
bakal sekolah dimana, Yan?
*geleng2* “Masih
bingung gue….”
No comments:
Post a Comment