Memasuki awal 2013
lalu, gue punya 1 resolusi : pingin menyeimbangkan hidup dengan membagi waktu
lebih baik di antara seribu peran gue. Secara gue anak, istri, emak, majikan,
atasan, bawahan, karyawan…
Ternyata bukan sekedar
resolusi yah, resolusi BESAR dan SUSAH itu!
Memasuki bulan ke-4
alias seperempat tahun sudah terlewati, gue masih belum bisa mengatur peran2
itu dengan lebih baik.
Gue pernah berandai2…
Dari pagi sampai sore,
peran gue adalah karyawan, konselor, atasan, bawahan, teman. Tentu saja ini di
kantor.
Sore ke pagi, peran
emak, anak & istri yang harus lebih berjalan.
Idealnya sih begitu.
Tapiiiii teori tinggal
teori.
Di jam kerja, gue
kadang kepikiran “udah lengkap belum ya vaksin Samantha?” atau “Keyla udah
pulang sekolah belum, ya?” atau “Michael masih pilek ga, ya?” atau “tekanan darah
Mami masih tinggi kah?”
Dan di jam malam, gue
suka kepikiran juga, “si kandidat ini nanti buat gantiin si ini”, atau “si itu
masih ribut sama atasannya atau ga” atau “besok janji konseling dengan si ini
apa si itu ya?”
Gue pernah survey
tentang penyakit anak, pada saat jam kerja.
Gue juga pernah kerja
saat midnight setelah anak2 tidur.
Lalu gue sadar sesuatu.
Peran itu ga bisa
begitu aja diatur-atur kaya lagi njadwalin meeting. Peran itu menempel sama lo,
ngikutin lo, kemanapun lo pergi. Tentu saja dengan pengaturan peran yang
optimal ya, artinya kalau lo lagi jalan sama suami lo, peran lo ya sebagai
istri. Kalau lo di kantor, ya lo karyawan. Tapi ga akan bisa full 100%. Orang
itu bukan robot yang bisa seenaknya diatur. Kalau lo robot atau computer yang
bisa di-program, lebih gampang ya.
Pagi-sore à program biar hanya
urusan kantor aja yang muncul
Sore-pagi à urusan rumah doang
yang bisa dipikirin
Ternyata kan enggak.
Manusia adalah makhluk
hidup yang punya pikiran, hati, akal budi. Saat pikirannya tau dia harusnya
mikirin kerjaan, dia toh ga bisa mencegah pikirannya berkelana ke rumahnya,
saat anaknya sedang sakit, atau saat nanny nya baru (eh, ini gue ya… wkwkwk).
Saat pikiran harusnya
mikirin anak aja di rumah, tau2 hatinya terbang ke kantor, mikirin bawahannya
yang lagi sedih atau kerjaan yang belum beres, ga bisa dicegah juga.
Jadiii kalau suatu saat
lo nemuin temen lo, bawahan lo, (bahkan) atasan lo, lagi mikirin atau ngurusin
urusan pribadi saat jam kantor, itu lumrah. Kalau urusan pribadinya beres, dia
akan bisa contribute more to the job. (terutama cewek yaaa, secara cewek itu
ngurus rumah, anak, pembantu, nanny, listrik, air.. yahhh jadi curcol deh
wkwkwk).
Yah asal ngurusin
pribadinya ga keterlaluan aja.. misalnya : pakai fasilitas kantor dari pagi
sampai malam buat survey2 sekolah anak.. à
ini mah kelewatan:p
Atau karena mau
married, always buka weddingku.com di jam kerja setiap hari untuk cari2 vendor à ini juga minta dijitak
So selama masih dalam
batas wajar, abaikan aja. Anggap aja itu cara mereka to fulfill their needs to
complete the job. Percaya deh, selama urusan pribadi lancar, urusan kerjaan
akan jauh lebih lancar.
Sampai sekarang, gue
masih juga keteteran.
Tapi gue berusaha
sebisa mungkin menyeimbangkan itu semua.
Saat weekend, sebisa
mungkin spend time sama keluarga. Dalam keluarga itu aja ada peran2 yang
bentrok juga. Antara jadi anak dan jadi emak. Seringnya gue gabungin aja,
ngajak anak2 plus nyokap gue jalan, everybody happy.
Tapi ada saatnya gue
harus jadi anak aja, alias ngajak jalan nyokap gue berdua aja.
Dan seringkali dalam
peran jadi emak, gue harus spend time sama Key aja, lalu sama Mich aja, dan
sama Sam aja. Saat ini, gue baru bisa melakukan ini sama Key. Tapi ke depannya,
pingin ada satu waktu khusus sama masing2 anak berdua aja. Semoga bisa, ya.
Gue ingat minggu lalu,
ada satu kejadian yang bikin gue ngilu banget.
Gue sama Alex lagi
bercanda sama Sam. Karena Sam yang paling kecil, mimik mukanya masih kaya bayi
banget. Kita ketawa-tawa ngeliatin Sam yang lagi lucu-lucunya. Sampai gue
dengar suara sesegukan di ujung kamar. Ternyata Mich lagi ngeliatin, matanya
berkaca-kaca dan mukanya merah, seperti biasa kalau dia lagi sedih. OMG, kalau
anak bisa bikin orang tua patah hati, ini salah satu moment nya.
Mich lagi ngeliatin
kita bertiga dengan tatapan terluka. It really broke my heart in pieces.
Gue langsung pelukin
dia, bilang sama dia kalau gue sangat sayang sama dia. And its true, Michael is
my guardian angel, he’ll always be. Malam itu, gue pelukin Mich sampai dia ga
sedih lagi, senyum, lalu ketiduran.
Itu salah satu contoh simple
peran ibu yang nabrak. Even dalam 1 peran aja, kalau kita punya more than 1
customer, bisa terjadi tabrakan.
Satu hal yang gue tau..
Walau kadang super exhausted dengan peran2 itu, gue merasa hidup gue ini fulfilled
banget. Hidup gue ini berarti banget. Ga pernah ada kekosongan, sampai kadang
gue merasa kangen dengan kekosongan yang ga ngapa2in itu (nanti gue cerita soal
rasa kangen yang aneh ini, ya).
Dan tiap dalam
kesibukan dan keriwehan berbagi peran ini, gue sungguh bersyukur atas peran2
yang Tuhan berikan buat gue. Tuhan pasti tau riwehnya hidup gue, wkwkwk… dan
Dia pasti turun tangan membantu gue.
Jadiii ga ada teori
berbagi2 peran lagi… Cuma optimalin aja tiap peran2 itu pada tempatnya. Semoga
gue bisa ya *lap jidat*
No comments:
Post a Comment