Yeayyyyy finally back!
Ehm, ini ditulis udah lama sekali ya, hanya aja baru posting. Jadi bukan berarti gue hamil anak ke-4 loh:)
Bwahahaha, maaf yaaa, kelamaan ga nulis, secara
waktunya sekarang susah banget, bow *lap keringet*. Ah gile, jadi emak2
ber-anak 3 sekarang (iye, ude 3 anak aye!), ga kebayang ya?
Ehmmmm… This
time I’m not gonna write you details about my pregnancy.
Jadi inget waktu pertama kali, seorang petinggi kantor
gue (uhuk uhuk uhuk!) “melihat” bahwa gue hamil. Saat itu, gue belum lama masuk
setelah kelar cuti melahirkan Michael (anak ke-2 gue).
Tiba-tiba “Bapak” itu, bilang gini ke gue, “Kamu hamil
lagi, ya?”
Hah? Enggak laahhh, kata gue. Plis deh Pak, baru juga
masuk, sambil sok-sok tersinggung, karena gue pikir dia bilang gue masih gendut
(emang iya sih.. berat badan belum balik normal waktu itu).
Gue pun menganggap itu angin lalu, sampe 2-3 minggu
kemudian.
“Kamu hamil ya?” Dia bertanya lagi.
Hiyahhh, kenapa ya, Bapak ini kok insist banget.
“Enggak, Pak!”
“Udah periksa?”
“Belom.” à mulai geram, tapi kok was-was juga.
“Periksa gih, kamu hamil tuh.”
Dalam hati gue menghitung, udah “datang bulan” belom
ya, bulan ini? Perasaan belom. Tapi kan, kalau menyusui, bisa aja ga datang
bulan rutin ya? Iya kan? Iya kan?
Iseng-iseng setengah deg-deg-an, gue beli test pack
dan tes keesokan pagi nya. Dan hasilnyaaaaa, garis samar itu ada! Super samar,
tapi … ADA.
Perasaan gue saat itu, sesuatu yang ga akan gue lupa.
Campuran antara kaget, shock, panik, parno. Sumpah lo, gue hamil lagi? Lah
Michael baru 3 bulan umurnya!
Gue bilang suami gue, yang sama kagetnya. Seharian
itu, gue pening bukan main.
Bukannya tidak senang. Tapi… muncul perasaan yang sukar
gue lukiskan. Perasaan bersalah sama Michael, perasaan kuatir tidak mampu
mengurus 3 anak, perasaan cemas karena gue banyak makan mentah2 di bulan2
kemaren. Dan trauma berat setelah proses melahirkan yang begitu sulit. Semua
campur jadi satu. Alhasil seharian itu, ASI gue merosot drastis. Pun gue cuma
bisa bengong aja di kantor, yet tell anybody about the (good) news.
Nyokap gue yang pertama gue kasih tau. Dia mah ketawa2
aja, terus bilang “Mami udah tebak, kan belom mens.” Dilanjutkan dengan, “Anak
3 itu seru, rame. Emang sih repot, tapi skalian kan, nanti kalau udah pada gede
juga ga berasa.” Ah, ya!
Lain lagi dengan respon mertua gue. “Hmmmm?”
---hening--- “Emang udah cek ke Dokter?”
Setelah diyakinkan, Mama bilang, “Ya udah, Dian jaga
kesehatan.”
Gue yakin, abis itu, Mama mertua gue ikutan pening,
secara gue biasa nitip anak2 disana :p
Terlepas dari kondisi fisik, psikis gue yang menurut gue juga harus dieprhatikan. Seperti gue bilang di atas, perasaan bersalah gue ke Michael semakin menjadi, terlebih karena gue disuruh stop nyusuin sama Dokter. Breastfeeding itu memcu kontraksi, dan mengingat kondisi kehamilan gue yang super rawan di 2 kehamilan sebelumnya, Doc instruct to stop. Itu baru awalnya.
Gue ga bisa gendong Michael. Ajak main pun terbatas. Pelukkin dia harus hati2. Kadang hati gue sedih, kalo liat dia nangis minta digendong. Dan iri, liat semua orang (kecuali gue), bisa gendong dia, bisa ajak dia main.
But again, hidup itu tentang mencari keseimbangan. Michael tumbuh menjadi anak yang mandiri, ga kolokan, baik banget, anteng banget. Sejak usia 3 bulan, ga pernah lagi kebangun malam untuk minta susu. Gue ga bisa bayangin, kalo Michael tiap berapa jam masih kebangun, dengan kondisi gue hamil ini.
Seiring berjalannya waktu, Michael seperti ngerti kalo Mami nya ga bisa gendong. Dan seakan tau kalo Mami nya merasa kehilangan "peran sebagai ibu", dia hanya bisa tidur kalo dikelonin Mami nya, either itu ditepuk2 pantat nya, atau dipeluk sambil dinyanyiin.
Tuhan memang super baik ya :) I feel so blessed.
Kondisi fisik gue pun baik2 aja. Sedikit mual, tapi masih bisa gue atasi. Gue masih nyetir juga, masih kemana2.
Sampe suatu pagi di kantor… gue udah merasa ada yang ga
enak. Bener aja, pas gue ke WC, celana gue udah full sama darah. Sialnya lagi,
gue pake celana putih, so keliatan banget kan.
Gue lalu diantar teman kantor ke rumah sakit. Thankyou
@awyatno J
Thony itu salah satu teman gue yang parno sama darah.
Jadi butuh usaha besar dari dia untuk nganterin gue, secara darah gue keluar
terus. Alih-alih gue ngerasa sakit, sepanjang perjalanan, malah gue yang
ngeliatin dia. “Lo gapapa, Thon? Jangan pingsan ya.”
Selain sama Thony, gue juga diantar sama @Grace_Belinda ,
perawat klinik di kantor gue (I really hope there’s a nurse in every office!).
Sampai di ruang bersalin, diperiksa macam2, dan suster
menyatakan keadaan gue “siaga satu”. Pemeriksaan demi pemeriksaan dilakukan.
Cek jantung baby, USG dalam, USG luar, dll dll.
Anehnya, gue merasa tenang. I feel secure. Sambil berdoa semoga si kecil baik-baik saja. Keep telling the baby, be strong honey,
Mommy loves you!
Hampir seharian di ruang bersalin untuk di-observasi,
akhirnya gue dipindah ke ruang perawatan biasa. Suami gue, saat itu lagi di
Bali, raker dari kantornya. Ga bisa pulang, karena dia ketua panitia nya, dan
dia bertanggung jawab penuh atas ratusan orang rekan kantornya.
Beruntungnya gue, teman-teman kantor, teman-teman baik
gue, bergantian datang njenguk. Mateng gue kalo gada kalian, secara gue bosenan
as always T.T
Menurut Dokter, pendarahan kali ini disebabkan karena
beberapa kondisi. Plasenta letak nya di bawah/jalan lahir, alias placenta
previa, jadi resiko pendarahan lebih besar.
Kedua, karena aktivitas berlebih (kemungkinan)
Ketiga, lagi2 masalah hormonal.
Ok, gue ngakuin satu hal. Pagi nya, gue gendong
Keyla….
Gue tau itu berbahaya, since Keyla udah berat. Tapi
pagi itu, Keyla nangis minta digendong, sebelum gue berangkat kerja.
Kalian yang udah jadi Ibu, ga akan bisa menolak
tatapan memohon dari seorang anak yang minta digendong, kan? J
Anyway, kondisi gue diharuskan BEDREST TOTAL. Pee dan
pup pun harus di bed. Dan diikuti dengan bedrest 3 minggu di rumah. Never mind.
Mungkin memang harus begini perjuangan gue menjaga si baby.
Satu hal yang di pikiran gue.
Orang itu.. kesusahannya emang beda2 ya.
Ada yang susah punya anak. Sekalinya hamil, hamilnya
kebo banget. Kuat nyetir sampe 9 bulan, masih dinas ke luar kota. Aktivitas
seperti biasa, cuma perut aja yang buncit.
Nah gue, dikasih gampang hamil, tapi kehamilan 1 sampe
3, semua nya berlanjut dengan bleeding. Bedrest. Mual2.
Sama seperti hidup.
Ada yang dying to have babies. Ada yang aborsi.
Nitipin anak di panti asuhan, while ribuan pasangan lain, berobat kemana-mana
supaya punya keturunan.
Tapi tetap.. Tuhan yang mengatur. Dia yang
menciptakan. Dia yang berkarya. Dia yang menentukan. Dia yang menjaga, aku dan bayi ku.
Dalam setiap usahamu, galaumu, sedihmu, cemasmu..
Ingatlah satu
Akan selalu ada Tuhan mu
Yang menopang mu
Dan menggendong mu
Sepanjang
hidup mu
No comments:
Post a Comment