Sejak kecil, saya punya
banyak mimpi sederhana, khas anak-anak. Menjadi Snow White (udah ga mungkin,
hehehe:p), punya dua anak (done,
malah dikasih bonus, yuhuuu:p), dan… menulis buku sendiri.
What kind of dream was that?
Kayak apa ya rasanya
kalau tulisan kita itu dibaca banyak orang? Kayak apa ya rasanya kalau ada nama
kita tertulis di buku sebagai pengarangnya?
Menulis dan menjadi
penulis, ternyata berbeda.
Menulis kurang lebih
hanya untuk dibaca sendiri, dan menjadi penulis itu kalau tulisan kita sudah
dibaca masal orang lain.
Masa kecil saya dihiasi
oleh banyak buku.
Sejak bisa membaca,
Putri Salju dan Cinderella adalah
favorit saya. Cerita yang berhasil membuat saya percaya, kalau kehidupan putri
itu selalu berakhir bahagia (Udah nonton
Cinderella? The “have courage and be kind” story?)
Memasuki masa remaja, Enid
Blyton, Alfred Hitchock, Hans Christian Andersen, menjadi sahabat saya. Saya
melahap habis 30 seri Girl Talk, Malory Towers, Sweet Valey High,
dan lainnya.
Beranjak dewasa, saya kenalan
dengan Cheeklit dalam dan luar negeri, juga novel dewasa.
Saya selalu kagum dengan
para penulis.
Kok bisa, JK Rowling menggambarkan Wizarding World Harry Potter,
lengkap dengan Quidditchnya.
Kok bisa, Sophie Kinsella bercerita tentang Becky
Bloomwood segitu detail, hingga berhasil membuat saya mimpi-mimpi terbang ke
London demi ketemu Luke Brandon, hahaha..
Kok bisa, Clara Ng menulis buku
tentang tiga wanita yang tertukar jiwanya dalam Tiga Venus.
Dan Ika Natassa,
dengan indahnya menuliskan kisah Alex dan Beno.
Saya tergila-gila pada karya
mereka. Mereka itu awesome!
Saya tidak berani
bermimpi menjadi penulis.
Betul, saya suka
menulis.
Puisi dan beberapa
cerpen saya pernah dimuat di majalah, dan rasanya luar biasa.
Tapi saya belum merasa menjadi penulis.
Penulis untuk saya
adalah kalau kamu sudah bisa menelurkan karya, atau BUKU secara harafiah.
Adalah Ibu dan suami saya,
yang selalu mengatakan kalau saya bisa.
Mami menyukai seluruh
tulisan saya. Dia selalu menjadi pembaca pertama dan penggemar setia saya.
Suami saya, walau bukan
penggemar fiksi, tapi dia selalu ada di barisan depan pendukung saya.
Menikah dan punya 3
anak, bisa dibilang saya hampir melupakan mimpi itu. Mengurus keluarga dan bekerja
penuh waktu, adalah prioritas saya. Boro-boro terpikir untuk menulis. Anak-anak
keurus dengan baik, plus kerjaan kantor kelar, rasanya udah happy banget. Bonus
lainnya, kalau saya bisa tidur pulas selama 8 jam tiap malam, hehehe…
Sekian tahun berlalu
oleh kesibukan, saya merasa ada yang hilang. Apa ya? Hm, rupanya saya kangen
menulis.
Saya pun memaksa diri
menulis apa saja, sekedar memupus rasa kangen. Cerpen, review buku, blog,
singkat-singkat aja. Membiasakan jari supaya tidak kaku, begitu istilahnya.
Berhubung tidak punya waktu senggang, saya memaksa menulis ketika anak-anak
sudah tidur (which is biasanya saya udah ngantuk juga:p).
Menulis buku masih jadi
mimpi.
Sampai suatu ketika, berturut-turut
review buku, cerpen dan artikel saya menang. Ah, senang banget. Awalnya hanya
ingin latihan menulis, puji Tuhan bisa menang. Sesuatu yang tidak kita
harapkan, nikmatnya memang dua kali lebih terasa ya. Hal kecil yang kita
syukuri, jadi jauh lebih menyenangkan.
It's
not about the present, it's about passion and appreciation.
Saya pun memberanikan
diri mengirimkan naskah yang sudah tahunan tersimpan di laptop, ke salah satu
penerbit yang kemarin memenangkan review buku saya. Naskah setengah jadi, yang
saya tidak pernah punya cukup waktu untuk menyelesaikan. Untunglah, penerbit
tersebut memang mensyaratkan hanya 30 halaman pertama naskah untuk dikirimkan.
Keberuntungan saya
masih berlanjut. Penerbit menyatakan tertarik dan meminta keseluruhan naskah
saya dalam waktu maksimal satu bulan.
Saya panik! Karena
naskah masih belum selesai, bahkan ending ceritanya saja belum saya pikirkan,
hehe..
Tapi, lagi-lagi saya
dikejutkan oleh kata hati saya sendiri. Sekarang, atau enggak sama sekali. Ambil
dan lahap semua dengan segala resikonya, atau relakan dia terbang sekalian.
Kesempatan tidak datang
dua kali. Yang udah ada di genggaman, terus lanjutkan, jangan lepaskan.
Have courage!
Berhubung saya tidak
bisa melepaskan tangggung jawab di kantor, jadi mengambil cuti jelas bukan
pilihan. Tapi saya bertekad menyelesaikan naskah ini sebaik-baiknya, dalam
waktu sebulan.
Jadi deh saya lembur
tiap malam, hehehe.. Baru mulai menulis ketika anak-anak tidur. Kadang ditemani
suami, kadang sendiri. Hanya tidur beberapa jam sehari, menjadikan saya bersahabat dengan mata panda,
jerawat dan koyo. Emak-emak
banget ya, hahaha…
Rasanya puas banget ketika selesai, dan penerbit mengatakan oke :)
Setelah beberapa kali
revisi, akhirnya Juli 2014, novel pertama saya, FINALLY YOU, terbit.
Rasanya campur aduk.
Senang, excited, terharu, super nano-nano! Mirip-mirip melahirkan gitu, tapi ini bukan baby, melainkan buku, hehehe..
Melihat buku saya
terpajang di toko buku, ngantuk dan lelah terbayar, lebih dari LUNAS. Apalagi
ketika anak-anak saya ke toko buku, dan mereka bilang, “Ada buku Mami!” rasanya
kayak terbang ke langit ke delapan :) (norak ya, saya?:p)
Sudah menjadi penulis?
*geleng-geleng.
Belum. Menjadi penulis,
artinya bisa membuat tulisan yang bermakna, menginspirasi orang lain,
membanggakan penerbit, dan diingat pembaca. Buat saya, penulis itu Ika Natassa.
Clara Ng. Icha Rachmanti. Ninit Yunita. JK Rowling. Sophie Kinsella. Enid Blyton.
Hans C Andersen. Even the Grimms Brothers.
Sedangkan saya? Butiran debu banget dibanding mereka:)
Kalau
ditanya orang apa pekerjaan saya, saya lebih berani bilang kalau saya istri
& ibu dari 3 orang anak. Pekerja kantoran. Belum berani bilang “penulis”.
Ga tau kapan bisa
mentahbiskan diri sendiri jadi “penulis”. Kalau sudah punya 3 buku? Atau
berapa?
Ah, tidak pentinglah
itu. Yang penting bisa terus menulis dan menulis terus.
Foto wefie di bawah
ini, pasti bukan foto terbaik (semoga kalau pake Smartfren lebih keren ya
fotonya:p). Hanya sebuah foto selfie, di tengah obrolan malam bersama Ibu
dan anak gadis saya. Ibu yang dengan bangganya membawa buku saya kemana-mana,
dan anak gadis yang selalu berbinar kalau menemukan buku Maminya di toko buku.
Biarpun sederhana, tapi cahaya di mata mereka, tidak ada duanya.
"If you have courage, the dreams will be kind.”
One mission accomplished, time to create another one :)