#LabirinRasa karya Eka Situmorang-Sir (Penerbit : Wahyu Media, 2013, 394 pages)
Menyimak kelincahannya berkata, Kayla
seperti alter ego Eka. Love the spontaneous of Eka & Kayla!
Hush hush, yuk mulai review novel, jangan
ngelantur!)
-------------------------------------------------------------------
Kayla adalah seorang mahasiswi
dua-puluh-satu tahun, dengan masa kuliah yang tak jelas kapan selesai. Gadis
berani cenderung nekad, mengingat ia rela mengejar cintanya hingga ke lain
kota. Anak gunung yang easy
going, dengan energi
yang seolah tak ada habisnya (tapi ternyata ga bisa berenang yaaa..hehehe..)
Somehow, di balik ketegarannya, saya melihat si Kayla ini rapuh.
Seperti ada “kekosongan” di jiwanya. Sayangnya, tak semua orang bisa menyelami
ini, even her parents.
Coba simak obrolan akrabnya dengan Yangti,
atau luapan kangennya pada Yangkung, sangat menyentuh.
Kayla tak pernah takut jatuh, tergores
atau luka, tapi bisa sedih hanya dengan mengingat Yangkungnya.
Si penakluk laut dan gunung, tapi bisa
terharu saat Patar memberikannya bungaJ
Saya suka cara Eka menggambarkan Kayla, physically.
Tokoh utama novel biasanya cantik secara
fisik. Sedangkan Kayla tidak tinggi, agak (maaf) gemuk, jerawatan, rambutnya
berminyak pula! Jauh dari kesan ‘cantik’.
Di sepertiga akhir novel, Kayla berubah
menjadi cantik secara fisik (langsing, cantik, modis). Mengingatkan saya akan
chick-lit Jemima Jones (by Jane Green, tentang Jemima yang gemuk dan tidak
cantik, but finally rejuvenate menjadi cantik dan langsing).
Tidak salah, tapi saya sempat kecewa,
karena definisi ‘cantik’ Kayla akhirnya menjadi sama seperti wanita pada
umumnya.
Untungnya kecewa saya terobati dengan
ungkapan indah ini : menjadi
cantik itu bukan supaya dilihat orang, tapi sebagai upaya untuk menyenangkan
diri sendiri. Benar banget J
Another city, another story. Alur cerita yang cepat, menyeret saya
untuk ikut berlari. Pindah dari satu kota ke kota lain. Lompat dari satu hati ke
hati yang lain, menyusuri labirin panjang yang tak tentu arahnya. Amazingly,
I enjoyed it! Kadang terasa
sayang, karena emosi di satu cerita belum terlalu dalam, tapi sudah harus
pindah lagi.
Misalnya tentang Dani yang tertarik pada
Kayla. Juga kisah Cynthia (yang ternyata lebih suka sejenis). Banyak emosi
belum ‘terdeteksi’ tapi sudah harus move
on.
Ide cerita yang orisinil dan kaya muatan,
mungkin bisa dieksplor lebih.
On the other side, I love details in the
places! Taman Sari digambarkan dengan detail dan indah. Saya sampai
memejamkan mata, berharap bisa langsung ada di sana:p
Rasanya seperti ikutan travelling ke Jogja, Lombok, Medan. Kalau waktu
itu Eka sudah ke Derawan, pasti ada juga tuh cerita Kayla jalan2 ke sana,
hahaha… bikin sirik aja. Saya bahkan sampai googling tentang Istana Maimun karena
penasaran.
Perlu banget novel2 perjalanan seperti
ini, sekalian membuktikan betapa cantik dan kayanya Indonesia kita.
Kelebihan lain novel ini adalah di dialog
antar tokoh. Conversation Kayla dan Patar, chemistrynya dapat banget.
Hidup, dalam, ekspresif. Patar yang datar, terpancing jadi ‘berani bicara’ saat
bersama Kayla, terbawa derasnya arus ‘nyeleneh’ Kayla.
Sebagian novel menceritakan perasaan Kayla
yang begitu dalam ke Ruben (digambarkan bak pangeran sempurna dan punya
segalanya kecuali kesetiaan). Tapi sewaktu membaca
dialog awal Patar dan Kayla, feeling saya mengatakan, indeed, si Patar inilah
Pangeran Fajar-nya Kayla, seperti yang tertulis di surat Yangkung. Btw surat
Yangkung so touchy J
Rangkaian kata di tiap opening bab indah, terutama yang Eka tulis
sendiri. Yang paling saya suka adalah ini :
Kata2 sederhana, tapi super dalam maknanya. Betapa yang terpenting adalah menjadi nyaman dengan dirimu sendiri… seperti apapun itu. True J Kamu ga harus berubah jadi cantik buat mencintai dirimu sendiriJ
Hal yang cukup mengganggu adalah typo dan salah tanda baca, dan tidak konsisten antara pengucapan “aku” dan “gue” sebagai kata ganti pertama.
In general, this novel is recommended J
Shortly, #LabirinRasa :
Masing2 kota punya kisahnya sendiri. Tentang hati yang tertambat, atau rasa yang tak kunjung usai?
Masing2 kota punya kisahnya sendiri. Tentang hati yang tertambat, atau rasa yang tak kunjung usai?
smartfren |