Tuesday, December 09, 2014

ANTOLOGI RASA, the review



Kali ini gue mau menulis review tentang salah satu novel kesukaan gue, judulnya Antologi Rasa by Kak Ika Natasha.

Pertama kali gue mengenal karya Kak Ika, ketika salah seorang teman kantor gue kasih kado ulang taun berupa box setnya Kak Ika, yang terdiri dari 4 buku: A Very Yuppy Wedding, Antologi Rasa, Divortiare dan Twivortiare, yang gue lahap habis dalam 1 minggu. Ya gimana nggak, secara ini termasuk buku-buku paling keren yang pernah gue baca. Dan dalam seminggu itu juga, gue officially jadi fans nya Kak Ika.

So here’s the review…

Antologi Rasa

Tokoh-tokoh utama adalah the bankers (secara Kak Ika juga banker ya:p) di Border Bank, yang menjadi dekat karena pernah ‘terasing’ di suatu tempat selama 2 tahun, sebagai part of development program mereka.

Say hallo to Keara Tedjasukmana, the smart yet beautiful woman
Modern, spontaneous, honest, and shopaholic.
Di balik keriwehan, kemanjaan dan ketidak sukaan Keara pada makanan jalanan dan transportasi murah (remember she said “masa gue harus berdesak2an sama rakyat jelata”, ketika Harris sedang berbicara tentang naik kendaraan umum), tapi deep inside, Keara itu orang yang sensitif. Dia bisa kelihatan cuek dan gila di satu waktu, dan sangat lembut di waktu lain. Daddy’s little girl yang bisa menjelma jadi gadis kuat kalau dibutuhkan. Keara yang anti makanan jalanan, tapi bisa makan di pinggiran Benhil kalau yang mengajak adalah Ruly, the one she love for years.

Meet Harris Risjad, the handsome & adorable bastard (pardon my words)
Gue suka cara Harris mencintai Keara. Cinta yang tulus, walau nggak bisa dibilang tidak berharap. Of course he’s hoping she’ll love him back. But he keeps in love with her though he knew she fell in love with another man.
Gue suka cara Harris dengan jujur mengakui, kadang dia berharap Ruly jatuh ke jurang supaya dia bisa mendapatkan Keara. Walau sedikit kelewatan, tapi setidaknya dia jujur. Sama kayak waktu Keara bilang, “kadang gue berharap Denise nggak ada aja, supaya Ruly akhirnya melihat ke gue,” saat Denise kecelakaan. Keara & Harris, like anybody else, has an evil side. Keara & Harris, kayak saudara ketemu gede, mirip dalam banyak hal, termasuk mencintai orang yang salah.
Cinta Harris pada Keara, bisa membuat Harris menjadi orang yang lebih baik.
And I love their wine-wine solution :) 

Hi Ruly Walantaga, the so-charming mature man
Why couldn’t you be so blind, Rul?
Kadang pingin gue towel, jewer kupingnya, terus cubit lengannya keras-keras sambil bilang, “Keara tuh naksir lo, Rul! Cinta mati sama lo! Masa lo ga sadar sih?” Arrghhh, gemes, geregetan, pingin jitak!
Anyway, gue ini tim Ruly banget. Awalnya gue malah mendukung Keara jadian sama Ruly loh. Mungkin karena Ruly itu tipikal cowok idola gue kali ya, hahaha.. Secara dia dewasa, pendiam, cool (gue bisa bayangin his signature smile:)), jarang bicara tapi sekalinya bicara people will carefully listen to him.
Tapi salah siapa kalau dia ternyata ga pekanya kelewatan?
Salah siapa kalau cintanya ke Denise itu sama butanya dengan cinta Keara ke dia, dan cinta butanya Harris ke Keara?

Introducing Denise, the lovable & sincere
Baik hati, suka menolong, perhatian, itulah Denise.
Di FTV, biasanya identik dengan gadis lemah, yang digila-gilai setengah mati oleh pemeran utama pria.
Keara itu kayak cheese cake bertabur butir2 emas, dan Denise seperti kue lapis surabaya. Keara seperti wagyu, dan Denise seperti pempek. Who said wagyu lebih enak daripada pempek?
Keara terlihat mahal, sementara Denise terlihat sederhana. Dan untuk pria sesederhana Ruly, Denise lebih bisa membuatnya nyaman, sementara Keara mungkin membuatnya terintimidasi.
Ingat ga waktu Ruly dan Keara kissing, Ruly sempat bilang, “Keara, man!” artinya dia pun ga menduga dia dan Keara bisa kissing.

Cinta segi empat yang rumit, itulah Antologi Rasa. Tapi pemilihan katanya sama sekali ga rumit. Ga ada kata-kata yang membingungkan atau satu halaman pun yang membosankan. Every page has its own story to tell, like Kak Ika’s other books.

Alasan lain kenapa gue suka AR, karena semua perasaan cinta di novel ini tulus dan ndalem, bahkan Panji the player pun finally bisa insyaf dan jatuh cinta beneran sama Keara.
Sementara Keara, tetap mencintai Ruly karena alasan yang sama sekali tidak ada, selain karena cinta itu sendiri. Ruly yang suka lagu Melayu, mungkin nggak paham satupun judul lagu John Mayer. Tapi itulah cinta ya, masih bisa terasa walaupun gundah, dan bisa terdengar walaupun gelap.

Settingnya juga dapet banget.
Seperti novel-novel lainnya, Kak Ika menggambarkan metropolitan style di antara tokoh-tokohnya. Starbucks, Potato Head, Zara, Plaza Indonesia, Sushi Tei, etc. Tokoh Panji dan Dinda melengkapi setting metro ini. Borju memang, tapi on the other side, they work very hard to get those things.
Hobby shopping dan makan di fancy resto. Tapi mereka juga banker yang dedicated banget sama kerjaannya. Sekilas gue juga melihat Keara mirip Alexandra di Dwi/Twivortiare ya.
Keara yang walaupun bersungut-sungut, tapi tetap masuk kantor saat harus lembur di weekend, so does Alexandra.
Hanya bedanya, Keara kayaknya lebih berani dari Alexandra (yeh kenapa jadi membahas persamaan dan perbedaan Keara dan Alexandra ya? Maklum suka ngelantur:p)
Pernah gue tanya ke Kak Ika, are they your alter-ego? Yang langsung dijawab Kak Ika dengan “bukanlah. Klo nyari alter ego tuh yang kerenan dikit dong, kayak Catwoman gitu:p”

Hampir semua tokoh dalam novel ini manusiawi. Ada sifat jeleknya, ada sifat bagusnya. Bukan tokoh seperti dewa yang tak tercela atau dewi yang tak tertandingi.

Dari dulu gue selalu berpikir, “Ruly itu husband-material, dan Harris itu boyfriend- material.”
Pria seperti Harris itu cocoknya dipacarin aja, sementara Ruly itu buat dikawinin.
Setelah baca novel ini, pikiran gue berubah (sedikit).
Boyfriend-material-guy yang cinta mati sama lo, jelas lebih worth dikawinin daripada husband-material-man yang selalu bikin lo terluka for always being number two.

At the end, gue mendukung Keara dan Harris. Apalagi setelah Kak Ika dengan detilnya membuat account twitter mereka berdua. Dan akhirnya they got married donggggg, uhuhuhuuyyyy! Kak Ika sampai buat undangannya loh, ahhhh I love you, Kak :)

Cinta itu bisa dengan sederhana hinggap di siapa aja. Tapi ga semua orang seberuntung itu bisa bersama dengan orang yang kita cintai. So, saat itu lo punya pilihan.. Mau berjuang sampai habis, atau berhenti lantas berputar berbalik arah? 

For me, Antologi Rasa is a must read & have book! Jadi jangan minjem, beli aja :)
Four thumbs up :)

Thursday, December 04, 2014

Masih tentang Finally You

Pernah nggak, dalam beberapa fase kehidupan lo, lo merasa beruntung?
Kalau gue, sering :)
Dari kecil, nyokap gue selalu bilang, kalau gue adalah anak yang beruntung. Gue pun merasa seperti itu.

Contoh kecilnya nih, ya.
Naskah novel pertama yang gue kirimkan ke penerbit mayor, bersambut, dan sekarang udah jadi buku. Terlepas bagaimana penjualan dan berapa royalti yang gue dapat, gue merasa sangat beruntung.

Masih dan akan selalu dinaungi keberuntungan, ada pihak2 yang (walaupun tidak mengenal gue), namun sangat baik hati ikut mensponsori lomba untuk promosi Finally You.

Yang pertama, lomba photoquote, disponsori oleh @TabernaVeste, yang menyediakan voucher senilai 150rb untuk 3 orang pemenang.

Lomba kedua, lomba selfie dengan buku Finally You di IG, disponsori oleh @goeieworld, yang memberikan sebuah sepatu Rachel Red yang keren.

Lomba ketiga, lomba selfie dengan buku Finally You di twitter dan FB, disponsori oleh @TheBalmID, dengan hadiah 3 paket product dan merchandise.

Gue belajar banyaaakkk banget dari segala proses ini. Belajar mengajukan proposal, belajar berbesar hati karena dicuekkin sama sponsor:p, dan juga.. belajar bersyukur karena ternyata masih ada orang-orang yang percaya sama gue.
Siapalah gue ini di dunia fiksi, hanya sebutir debu yang tak nampak… Tapi kok ya ada aja yang mau memberikan voucher dan hadiah untuk pemenang lomba-lomba Finally You.

Nahhhh yang sekarang sedang berlangsung adalah lomba review buku Finally You, yang disponsori oleh @TheBalmID@damniloveindo, dan @Stiletto_Book pastinya.
Infonya gue co-paste dari blognya Luckty , yang kebetulan menjadi host lomba ini.
Deadlinenya masih sampai 9 Desember, masih keburu untuk ikutan kan? Gue tunggu yaaa :)



Ikuti syarat-syaratnya:
1. Peserta tinggal di Indonesia
2. Follow akun twitter @theBalmID@damniloveindo, @Stiletto_Book, @dianmariani dan @lucktygs
3. Like FB The Balm Indonesia , Damn! I Love Indonesia dan Stiletto Book
4. Submit #ReviewFinallyYou kamu di blog atau FB note, dengan mencantumkan banner berikut ini
5. Publikasikan URL blog atau FB note kamu di twitter dengan format: Lomba #ReviewFinallyYou (link) @stiletto_book @dianmariani @lucktygs
6. Kalau kamu rate Finally You di Goodreads, akan mendapatkan point tambahan
7. Yang sudah pernah me-review, diperbolehkan mengikuti lomba ini, dengan memenuhi aturan yang ada
8. Review kamu ditunggu sampai 9 Desember 2014 jam 23:59 yaa :)
Pemenang akan diumumkan tanggal 11 Desember 2014


















Tentang Finally You

Alohaaaa, apa kabar semuaaaa? *sungkem sambil nyapuin blog yang lumutan saking lama ga ditengok:p
Maapkeun, karena ke(pura-pura)sibukkan gue, jadi jarang mampir dan meninggalkan jejak di sini.
Ahhh, bahkan sampai novel solo perdana terbit aja belum sempet diceritain, ckckck…

Jadi ceritanya begini.
Kata seseorang, setiap fiksi akan menemukan muaranya sendiri, kalau waktu sudah berpihak.
Nah kali ini, salah satu unfinished story (alias naskah yang belum kelar dan dibiarkan lumutan) di laptop, finally found her soulmate. Adalah Stiletto Book, penerbit buku-buku bertemakan wanita, yang menjadi penerbit mayor yang bersedia menerbitkan buku pertama gue.

Bagaimana gue ketemu dengan Stiletto?
Awalnya gue hanya follow twitter mereka, seperti gue follow penerbit2 lain. Gue suka follow penerbit karena banyak info-info buku dan event.
Lalu, gue melihat salah satu info lomba di social media nya Stiletto. Lomba review buku, yang kebetulan sudah gue baca. Iseng-iseng lah gue ikutan lomba review buku Seribu Kerinduan dan buku Pre Wedding Rush.
Yahhh secara waktu cuma seiprit, kalau nggak bisa ngelarin naskah novel, menulis sedikit untuk review udah cukuplah buat mengurangi kangen gue sama menulis.
Puji Tuhan, di kedua lomba itu, gue menang, yippie!

Dan ternyata oh ternyata, Mbak Herlina Dewi, penulis buku Seribu Kerinduan itu adalah Editor in Chief nya Stiletto Book.

Di Stiletto, elo hanya perlu mengirimkan 30 pertama halaman naskah lo via email ke editor. Kalau mereka merasa cocok dan ingin melihat naskah lebih lanjut, baru lo kirimkan naskahnya sampai selesai. Praktis banget yah :)
Jadi waktu mereka ingin melihat lebih lanjut, lembur lah gue menyelesaikan naskah gue itu.
Yah secara kondisinya ada tiga naskah tapi nggak ada yang kelar, ya begadang deh ngerjainnya:p

Singkat kata, setelah beberapa kali revisi, terbitlah Finally You




Online launchingnya di akhir Juni, dan baru ada di toko buku sekitar akhir Juli tahun ini.
Baca beberapa reviewnya di sini (blognya @OhKutipanBuku), sini (blognya @fiksimetropop atau sini (blognya @kardusepatu) ya :)

Kalau berkenan, baca juga ngobrol2 gue dengan sang penerbit di sini (gaya ya pake di-interview segala gue:p)

Buat kalian yang belum beli, atau belum baca, yuk baca!
Bukan buku yang bikin kalian harus mengernyitkan kening karena harus bepikir keras.
Cuma buku ringan, yang paling akan bikin kalian mengangguk-angguk setuju.
Buku kisah cinta biasa, romantis ala-ala gue, yang mungkin terkesan biasa tapi bisa membuat kalian terhenyak karena kehangatannya.

Selamat membaca :)

Kalau udah baca dan mau ikutan lomba reviewnya, klik ini untuk persyaratannya ya :)

Thankyou :)

Thursday, August 28, 2014

Before T


Seminggu lalu, ada sebuah diskusi hangat di kantor. Judulnya Before T(echnology). Pertanyaan yang dilontarkan adalah apakah teknologi menyebabkan rusaknya hubungan antar manusia? Cukup bisa menampar pipi kanan kiri bolak-balik kan? Sebagian yang setuju, mengungkap teknologi dinilai menjauhkan yang dekat, dan mendekatkan yang jauh. Diperkuat dengan penelitian tentang tingkat perselingkuhan yang berbanding lurus dengan semakin ramainya interaksi di dunia digital. Benar juga sih, secara generasi sekarang ini dikenal dengan generasi selfie yang tinggi tingkat narsistiknya. Segala sesuatu harus di-post supaya seluruh dunia tau. Tapi, apa teknologi yang harus disalahkan?
Saya ada di kelompok yang tidak setuju dengan pernyataan barusan. Teknologi tanpa bisa dicegah, akan selalu berkembang. Menurut saya, kita sebagai penggunanya, yang harus bisa memilah, kapan              dan bagaimana teknologi itu digunakan. Ketika kita memiliki gadget terbaru atau aplikasi canggih di ponsel kita, kita punya pilihan. Mau menggunakannya untuk apa, dan kapan bsia digunakan. 
Technology is to inspire, to help, to connect. So be wise in optimizing it.

Melihat perkembangan era digital sekarang ini, dengan kecanggihan teknologi, gadget keren, hi-tech wireless tools, rasanya tidak ada yang tidak bisa. LDR-an? Ga masalah, kan ada skype. Mau cari sponsor? Browsing aja. Cari beasiswa? Silakan googling dan kamu akan menemukan list beasiswa dalam dan luar negeri, lengkap dengan persyaratannya. Cari pekerjaan? Tinggal buka website yang menyediakan lowongan pekerjaan.  Dengan teknologi, pencarian informasi apapun bisa dioptimalkan.
Tapi era digital, dengan seribu kelebihannya, juga punya kekurangan yang membuat orang tua geleng kepala. Generasi ini semakin individualis. Generasi ‘menunduk’, bukan karena rendah hati, tapi karena sibuk dengan gadgetnya. Generasi twitter dan path, instagram dan pinterest. Apa sih yang mereka lakukan dengan gadgetnya? Main game, update status, atau malah twitwar? Apa pernah generasi ini berpikir, seberapa besar kekuatan jari jempol, jika disatukan dengan gadget keren dan internet super cepat, dibandingkan dengan sekedar update lokasi atau posting selfie?

 Pernah dengar @justsilly dengan @Blood4LifeID nya? Bermodal gadget, jempol cekatan dan internet, dan memanfaatkan teknologi dengan menolong banyak orang. Dengan menyebarkan informasi kebutuhan darah, menampung database pendonor, sehingga memudahkan orang yang membutuhkan darah untuk mencari darah yang sesuai. Juga akun @3_Little_Angels, yang bertujuan untuk menolong kaum papa yang membutuhkan. Dari mulai mengumpulkan donasi untuk anak yang terkena penyakit tumor mata, mencarikan ventilator untuk bayi berusia 6 hari yang juga kurang beruntung, sampai memantau perkembangan perawatan seorang anak kecil yang terkena diare. Secara rutin, akun ini juga menginformasikan tentang donasi yang berhasil mereka dapatkan. Seandainya semua celebtwit seperti beliau, indahnya dunia (yang bukan hanya digital) kita ini.

Yuk, belajar bijak gunakan jempol dan gadgetmu untuk hal-hal yang baik. Tindakan kemanusiaan, perkembangan pendidikan, kemajuan ilmu pengetahuan, memperluas jaringan, dan masih banyak lagi hal keren lainnya. Bentuk komunitas positif yang bisa menghasilkan perilaku positif juga. Jangan jadikan gadget terkinimu sebagai tembok untuk menutup diri dari lingkungan. Jangan jadikan teknologi canggih untuk hal-hal yang tidak terpuji. Jangan biarkan teknologi tingkat tinggi menjauhkanmu dengan orang-orang terdekatmu. Buktikan kalau walaupun kamu generasi ‘menunduk’, tapi tidak hanya pintar mengutak-atik Oom Google dan Mbah Wiki, tapi bisa juga menginspirasi dengan gayamu sendiri! 
Jadiii… apakah teknologi merusak hubungan manusia? Jelas tidak J


#PatriotIsMe #Advan #damniloveindonesia

Friday, June 13, 2014

Book Review : (Bukan) Salah Waktu


#BukanSalahWaktu karya Nastiti Denny (Penerbit : Bentang Pustaka, 2014, 248 pages)

(dalam 496 kata)
--------------------------------------

Memiliki keseluruhan cerita yang unik, tidak salah Bentang memilihnya menjadi pemenang lomba “Wanita Dalam Cerita”.
Temanya simpel, tapi dikemas dengan cantik. 
Runut dan kaya cerita.
Rahasia masa lalu, cerita kelam keluarga, sampai politik bisnis.
Kecemasan, ketidakjujuran, hingga isu perselingkuhan.

Alurnya maju, sehingga mudah dimengerti, walau ada sesekali kembali ke masa lalu.

Luka batin akibat kisah kelam keluarga, membuat Sekar menjadi sosok yang insecure. Orang tuanya kerap bertengkar, dan akhirnya berpisah. Ibunya tidak pernah ada di rumah, Ayahnya tidak peduli,  komplit membuat Sekar merasa tidak diinginkan.
Ironisnya, Sekar mencari rasa aman dengan bersembunyi di celah sempit, seperti di sela dinding atau lemari.

Salut dengan Sekar. Ia berani melepaskan karir cemerlangnya, demi menjadi ibu rumah tangga dan bersahabat dengan dengan kunyit, bawang dan mesin cuci.
Mungkin Sekar ingin menjadi berbeda dengan Ibunya, yang lebih mengutamakan karirnya dibanding keluarga.

Sementara Ibu Yani adalah sosok dominan yang kokoh di luar, tapi kosong di dalam. Kesedihan karena ditinggal mati oleh kedua anak kandung dan ketidakharmonisan dengan suami, membuatnya tidak kalah rapuh dengan Sekar.

Prabu digambarkan (maaf) plintat-plintut, bikin gemas.
Sebenarnya banyak masalah bisa selesai kalau Prabu bersikap lebih tegas.
Kenapa Prabu tidak berjuang mempertahankan Sekar, selain membiarkan Sekar memilih?
Kadang kita ingin melepaskan yang disayanginya supaya tidak menyakitinya lebih lama. Tapi ketika kita melepaskan, justru itulah yang paling menyakitkan bagi orang yang kita sayangi itu.
Fight for Sekar, Prabu! 

Oh iya, saya suka dengan nama Sekar Melati dan Prabu Satria, Indonesia sekaliJ



cover
Covernya bagus! Kombinasi merah dan putihnya asik. Simbol jam melambangkan waktu, yang kali ini (untungnya) tidak disalahkan. Hanya saja angka-angka terlalu ramai, kurang sesuai dengan aura cerita yang sedikit muram. Nah, jam menunjukkan (hampir) pukul dua belas, hanya kebetulan, atau ada arti tersendiri?



blurb
Blurb romantis dan penuh pita-pita, menjadi salah satu daya tarik novel ini. Tapi ternyata di bukunya, hampir tak ada kalimat bertabur cinta, kecuali notes berikut dari Prabu yang berhasil membuat meleleh. 


Nggak cocok, ya? Kasih tau, dong, cocoknya sama yang mana.

Nasi goreng paling wangi yang pernah aku tahu itu buatan istriku.

Saya menemukan beberapa “what if” di sini :        
  • Sudah dua tahun menikah, tapi kok Prabu tidak tau kalau orang tua Sekar sudah berpisah?
  • Kondisi psikologis Sekar tidak diulas lebih dalam. Misalnya bagaimana Prabu seharusnya menjadi orang yang bisa membuat Sekar merasa aman dengan masa lalunya sendiri. Chemistry Sekar dengan Wira juga kurang terasa. Bagaimana Sekar bisa menyayangi anak darah daging suaminya dengan wanita lain?
  • Sekar dan Prabu tak tampak senang dengan kehamilan Sekar, atau hanya saya yang tak dapat menangkap emosinya?
  • Nampak beberapa detil berlebih, seperti ukuran luas ruangan dan lay out rumah. Juga kisah tokoh pendukung yang dapat porsi, misalnya Mbok Ijah dengan riawayat rumah tangganya, dan Rei dengan problema pekerjaannya.
  • Laras yang menghilang, Miranda yang tidak jelas kabarnya (apakah ia marah pada Sekar?), Prabu yang tiba-tiba 'curhat' pada Rei, padahal Rei pernah mengkhianatinya.. Ah, novel ini  seakan terlalu cepat habis. 


Well, ini bukan sekedar cerita cinta-cintaan.
Tapi tentang menerima seutuhnya, kejujuran dan rasa percaya, juga tentang memaafkan.
Tentang memilih, antara mempertahankan ego atau berdamai dengan masa lalu.

Overall, suka dengan buku ini.
Mbak Nastiti, ditunggu novel berikutnya!